4 Fakta Pemulihan Hubungan Arab Saudi dan Iran yang Dipertemukan China
pada tanggal
12 Maret 2023
BEIJING, LELEMUKU.COM - China berhasil mempertemukan Iran dan Arab Saudi pada Jumat, 10 Maret 2023. Kedua negara yang selama ini berseteru itu, sepakat membangun kembali hubungan setelah permusuhan bertahun-tahun yang telah mengancam stabilitas dan keamanan di Teluk dan membantu memicu konflik di Timur Tengah dari Yaman hingga Suriah.
Kesepakatan itu diumumkan setelah empat hari pembicaraan yang sebelumnya dirahasiakan di Beijing antara pejabat tinggi keamanan dari dua kekuatan saingan Timur Tengah itu.
Setuju Lanjutkan Hubungan Diplomatik dan Buka Kembali Kedutaan
Teheran dan Riyadh setuju untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan dalam waktu dua bulan, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Iran, Arab Saudi dan China.
"Perjanjian tersebut mencakup penegasan mereka atas penghormatan terhadap kedaulatan negara dan tidak mencampuri urusan dalam negeri," demikian kesepakatan itu.
Perjanjian hari Jumat, yang ditandatangani oleh pejabat tinggi keamanan Iran, Ali Shamkhani, dan penasihat keamanan nasional Arab Saudi Musaed bin Mohammed Al-Aiban, setuju untuk mengaktifkan kembali perjanjian kerja sama keamanan tahun 2001, serta pakta lain sebelumnya tentang perdagangan, ekonomi dan investasi.
PBB menyambut baik kesepakatan Iran dan Arab Saudi pada Jumat untuk menjalin kembali hubungan diplomatik. Badan dunia itu juga menyampaikan terima kasih kepada China atas perannya dalam negosiasi tersebut.
"Atas nama Sekretaris Jenderal, saya ingin menyambut pernyataan tripartit bersama Kerajaan Arab Saudi, Republik Islam Iran dan Republik Rakyat China, dicapai hari ini di Beijing, yang mengumumkan kesepakatan Iran dan Arab Saudi untuk melanjutkan hubungan diplomatik dalam dua bulan," kata jubir PBB Stephane Dujarric kepada wartawan seperti dilansir Anadolu.
Dujarric mengatakan bahwa "hubungan bertetangga yang baik" antara Iran dan Arab Saudi "penting" bagi stabilitas kawasan Teluk.
"Sekjen juga menyampaikan apresiasinya kepada warga Republik Rakyat China karena telah menjadi tuan rumah pembicaraan baru-baru ini dan telah mendukung dialog antara kedua negara," katanya seraya menyanjung upaya negara lain seperti Oman dan Irak.
Selain itu, Dujarric mengatakan Sekjen Antonio Guterres siap untuk "membawa lebih jauh dialog regional dan memastikan perdamaian dan keamanan di kawasan Teluk."
Disambut Gembira Dunia Internasional
Pemimpin negara-negara dunia menyambut gembira pemulihan hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran yang diumumkan, Jumat malam. Kedua negara sepakat membuka kembali hubungan diplomatik yang terhenti selama 7 tahun, melalui kesepakatan yang diteken di China.
Seperti dilansir Reuters, pejabat tinggi diplomatik China Wang Yi yang menjadi negosiator pemulihan hubungan diplomatik Arab Saudi dan Iran, mengatakan langkah ini merupakan kemenangan bagi dialog dan perdamaian. Dia menyebut hasil ini sebagai kabar baik di tengah meningkatnya pergolakan dunia saat ini.
Irak juga menyambut dibukanya lembaran baru antara Iran dan Arab Saudi. Negara itu merupakan salah satu yang berperan menjembatani pembicaraan damai kedua negara. Iran dan Saudi juga menyampaikan terima kasih kepada Irak yang telah menjadi tuan rumah pembicaraan damai.
Oman juga menyambut baik pernyataan trilateral Arab Saudi, Iran, dan China tentang dimulainya kembali hubungan diplomatik. Ketiga negara tersebut juga berterima kasih kepada Oman karena telah menjadi tuan rumah pembicaraan sebelumnya.
Adapun kepala negosiator pemberontak Houthi Yaman Mohammed Abdulsalam mengatakan di Twitter, kawasan membutuhkan kembalinya hubungan yang normal. "Kawasan membutuhkan dimulainya kembali hubungan normal antara negara-negara agar negara Islam agar mendapatkan keamanan kembali yang hilang akibat campur tangan asing," kata Abdulsalam.
Bikin AS Risau karena Keterlibatan China
Konsensus Iran dan Arab Saudi untuk memulihkan hubungan diplomatik dianggap memberi sejumlah sinyal mengejutkan yang menyinggung Amerika Serikat, termasuk soal kemungkinan jalan mengendalikan program nuklir Teheran dan kesempatan untuk memperkuat gencatan senjata di Yaman.
Peran China sebagai perantara perdamaian di Timur Tengah – kawasan yang sudah lama berada dalam pengaruh AS, juga dipercaya akan membuat Washington gelisah.
Mantan pejabat senior AS dan PBB Jeffrey Feltman mengatakan peran China adalah aspek paling signifikan dari perjanjian tersebut. "Ini akan ditafsirkan - mungkin secara akurat - sebagai tamparan pada pemerintahan Biden dan sebagai bukti bahwa China adalah kekuatan yang sedang naik daun," kata dia, yang sekarang jadi peneliti di Brookings Institution, dikutip dari Reuters, Minggu, 12 Maret 2023.
Kesepahaman itu muncul di tengah upaya Iran mempercepat program nuklirnya, setelah dua tahun upaya Amerika Serikat yang gagal untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015. Washington ingin menghentikan Teheran memproduksi bom nuklir. Upaya itu diperumit oleh tindakan keras oleh otoritas Iran terhadap protes dan sanksi keras Amerika Serikat terhadap Teheran atas tuduhan pelanggaran hak asasi manusia. (Tempo)