Joe Biden Umumkan Rencana Sediakan Kapal Selam di Asia Pasifik
pada tanggal
14 Maret 2023
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan rencana menyediakan kapal selam nuklir mulai awal 2030-an bagi mitra AUKUS, Australia dan Inggris. Tujuannya adalah melawan ambisi Cina di Asia Pasifik.
Biden menjamu Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak dengan sebuah upacara di pangkalan angkatan laut di San Diego pada Selasa, 14 Maret 2023, seperti dilansir Reuters.
Ini untuk pertama kalinya dalam 65 tahun terakhir Amerika Serikat bersedia berbagi teknologi kapal selam bertenaga nuklir dengan negara lain. Kesepakatan pembelian dan pelatihan penggunaan kapal selam nuklir ini menjadi langkah strategis yang lebih jauh dari ketiga negara berbahasa Inggris itu dalam membangun kemitraan strategis AUKUS yang sudah mereka umumkan 18 bulan silam.
Dalam pidatonya, Biden mengatakan perjanjian di bawah kemitraan AUKUS 2021 ini sebagai bagian dari komitmen bersama untuk kebebasan dan keterbukaan kawasan Asia Pasifik dengan dua sekutu paling kuat dan mitra wicara Washington.
Di bawah kesepakatan itu, seperti tertuang dalam pernyataan bersama, Amerika Serikat bermaksud untuk menjual tiga kapal selam bertenaga nuklir kelas Virginia kepada Australia pada awal 2030-an, dengan opsi bagi Australia untuk membeli dua lagi jika diperlukan. Perangkat itu dibangun oleh General Dynamics.
Proyek multi-tahap itu disebut akan memuncak dengan produksi Inggris dan Australia. Juga dengan pengoperasian kelas kapal selam baru ‘SSN-AUKUS’. Itu merupakan sebuah kapal yang dikembangkan secara trilateral, berdasarkan desain maju yang akan dibangun di Inggris dan Australia, termasuk teknologi AS yang canggih.
Sunak menyebutnya kemitraan yang kuat. Menurut dia, ini untuk pertama kalinya itu berarti tiga armada kapal selam bekerja sama melintasi Atlantik dan Pasifik menjaga lautan bebas dalam beberapa dekade mendatang.
Inggris akan menerima pengiriman kapal selam SSN-AUKUS pertamanya pada akhir 2030-an. Sementara Australia akan menerima yang pertama pada awal 2040-an. Kapal akan dibangun oleh BAE Systems dan Rolls-Royce.
“Perjanjian AUKUS yang kami konfirmasikan di San Diego mewakili investasi tunggal terbesar dalam kemampuan pertahanan Australia dalam sejarah kami, memperkuat keamanan dan stabilitas nasional Australia di kawasan kami,” kata Albanese pada upacara tersebut.
Seorang pejabat pertahanan Australia mengatakan proyek tersebut akan menelan biaya A$368 miliar atau sekitar Rp3,7 kuadriliun pada 2055. AUKUS akan menjadi pertama kalinya Washington berbagi teknologi propulsi nuklir sejak melakukannya dengan Inggris pada 1950-an.
Biden menekankan bahwa kapal selam itu akan bertenaga nuklir, bukan bersenjata nuklir. "Kapal ini tidak akan memiliki senjata nuklir apa pun," katanya.
Cina mengutuk AUKUS sebagai tindakan ilegal proliferasi nuklir. Dalam peluncuran kemitraan tersebut, Australia juga mengecewakan Prancis dengan tiba-tiba membatalkan kesepakatan pembelian kapal selam konvensional Prancis.
Saat ditanya apakah dia khawatir Cina akan melihat kesepakatan kapal selam AUKUS sebagai agresi, Biden menjawab "tidak". Dia berharap untuk berbicara dengan pemimpin Cina Xi Jinping segera, tetapi tidak mengatakan kapan.
Pada Jumat lalu, Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan menunjuk rencana pembangunan militer Beijing sendiri, termasuk kapal selam bertenaga nuklir. "Kami telah berkomunikasi dengan mereka tentang AUKUS dan mencari lebih banyak informasi dari mereka tentang niat mereka,” katanya.
Seorang pejabat senior AS mengatakan AUKUS mencerminkan meningkatnya ancaman Asia Pasifik, bukan hanya dari Cina terhadap Taiwan dan di Laut Cina Selatan yang diperebutkan. Akan tetapi juga dari Rusia, yang telah melakukan latihan bersama dengan Cina, dan juga Korea Utara.
Pertanyaan besar tentang AUKUS masih berkembang. Paling tidak mengenai pembatasan ketat AS pada pembagian teknologi ekstensif yang diperlukan untuk proyek tersebut. Selain itu isu waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan kapal selam, bahkan ketika ancaman yang dirasakan oleh Cina meningkat – juga menjadi perhatian.
Analis mengatakan, mengingat kekuatan Cina yang semakin besar dan manuvernya terhadap Taiwan, sangat penting untuk memajukan tahap kedua AUKUS, yang melibatkan hipersonik dan persenjataan lain yang dapat dikerahkan lebih cepat.(Tempo)