Layar Tancap Akar Rumput Segera Putar 8 Film Karya Komunitas di Jayapura
JAYAPURA, LELEMUKU.COM - 8 judul film pendek kategori film dokumenter dan fiksi karya komunitas film di Kota Jayapura siap diputar dalam rangka Hari Film Nasional yang jatuh pada tanggal 30 Maret.
Kegiatan screening film komunitas ini diinisiasi oleh Imaji Papua dan Indonesia Art Movement, diselenggarakan selama tiga hari pada tanggal 28 - 30 Maret 2023 bertempat di 2 lokasi yakni Rumah Bakau, Entrop (28-29 Maret) dan Kampung Yoboi, Sentani (30 Maret).
8 judul film yang akan diputar yakni:
Film Dokumenter Lamek arahan sutradara Yulika Anastasia
Film Dokumenter Demianus Wasage’s Journey, Touch The Heart of Papua Land (Yulika Anastasia)
Film Dokumenter Cendramati (Ardhia/ Iam Murdha)
Film Dokumenter Beda Cara Sama Rasa (Elisabeth Apyaka)
Film Dokumenter Senja Tanah Belik (Ichal Mokodongan)
Web Series Pinang Tumpuk (Risaldi)
Film Pendek Fiksi Daring (Risaldi)
Film Dance Wompits (Fachri Matlawa)
Koordinator kegiatan Yulika Anastasia mengatakan gagasan pemutaran film ini merupakan sebuah kerinduan bagi komunitas film agar mendapatkan ruang pemutaran film, agar film bertemu dengan penontonnya.
“Komunitas film di Kota Jayapura ini semakin berkembang, jumlah film yang diproduksi juga semakin bertambah, namun kita tidak memiliki ruang pemutaran karya anak - anak komunitas. Karena itu kami menginisiasi ruang pemutaran alternatif, yakni melalui layar tancap,” terangnya.
Menggunakan nama Layar Tancap Akar Rumput, menurutnya adalah sebuah refleksi perjalanan komunitas film, khususnya di Kota Jayapura.
“Akar Rumput ini kami maknai sebagai masyarakat biasa atau masyarakat kecil. Kami yang bergabung dalam komunitas film yang ada di sini juga bagian dari masyarakat pada umumnya. Kami rindu melahirkan karya film yang bercerita tentang berbagai hal yang terjadi di tengah - tengah kita,” bebernya.
Ketua Indonesia Art Movement, Iam Murda mengatakan gagasan pemutaran film terlontar secara spontan dan bak gayung bersambut komunitas pembuat film di Jayapura pun berkolaborasi untuk mewujudkan gagasan ini.
“Ide ini terlontar secara spontan dan disambut baik oleh rekan - rekan yang lain sehingga ditengah keterbatasan yang ada kami pun berkolaborasi mewujudkan gagasan ini,” tuturnya.
Film yang akan diputar nanti, bertema tentang alam, lingkungan, budaya dan pariwisata. Salah satu filmmaker Perempuan Papua dari Papuan Voices, Elisabeth Apyaka mengatakan karya filmnya yang akan diputar nanti berjudul “Beda Cara Sama Rasa” mengangkat tentang budaya Papua, yakni pesta bakar batu.
“Pesta bakar batu merupakan ajang untuk berkumpul bagi masyarakat Papua. Dalam pesta ini akan terlihat betapa tingginya solidaritas dan kebersamaan masyarakat Papua. Dan budaya Papua harus dikembangkan melalui apa saja supaya di tempat lain tahu tentang budaya Papua, salah satunya melalui film,” ungkapnya.
Sebagai catatan film karya Elisabeth Apyaka berjudul Beda Cara Sama Rasa sebelumnya telah diputar dalam ajang Jogja-Netpac Asian Film Festival 2022.
Selain Elisabeth, filmmaker muda lainnya, Risaldi, mengatakan kegiatan ini menjadi momentum pegiat film di Kota Jayapura untuk bertemu, berjejaring, berbagi pengetahuan, bekerja sama, mengapresiasi sekaligus mendiskusikan karya.
“Ruang pemutaran alternatif ini menjadi pilihan bagi kami komunitas film di Jayapura untuk berani menampilkan karya,” ujarnya.
Kegiatan Layar Tancap Akar Rumput, akan berlangsung selama 3 hari di Jayapura dan Sentani, dirangkai dengan kegiatan diskusi film, pameran foto, mural, kampanye penyelamatan lingkungan dan cendrawasih, serta kampanye anti narkoba.
Pemutaran dilakukan tanpa memungut biaya alias gratis, sehingga warga Kota Jayapura dan sekitarnya bisa hadir langsung di tempat pemutaran yakni Rumah Bakau (28-29 Maret 2023) dan Kampung Yoboi (30 Maret 2023).
Koordinator kegiatan Yulika Anastasia mengatakan 8 judul film yang akan diputar nanti patut untuk disimak. Menurutnya setiap film menyampaikan sebuah pesan yang mendalam kepada penontonnya.
“8 judul film ini patut untuk disimak. Sebab inilah cara filmmaker menarasikan Papua,” pungkasnya. (Laura Sobuber)