-->

Para Menlu G7 Serukan Penarikan Pasukan Rusia dari Ukraina


TOKYO, LELEMUKU.COM - Para menteri luar negeri dari negara-negara anggota tujuh negara berekonomi maju G7 pada Senin (17/4) memperkuat komitmen mereka untuk mendukung kuat Ukraina, sambil juga “mengintensifkan, mengoordinasikan secara penuh dan menegakkan sanksi-sanksi terhadap Rusia.”

Pada pertemuan di Jepang, menteri-menteri G7 itu “menegaskan bahwa Rusia harus menarik semua pasukan dan peralatan dari Ukraina dengan segera dan tanpa syarat,” menurut pernyataan yang dikeluarkan kementerian luar negeri Jepang.

Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa mengatakan pada pertemuan yang difokuskan pada perang Rusia di Ukraina bahwa penting sekali untuk mempertahankan persatuan dalam menegakkan sanksi-sanksi terhadap Rusia.

Menyusul pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu bahwa Rusia akan menempatkan senjata nuklir taktis ke Belarus, para menteri G-7 hari Senin mengecam langkah tersebut, menegaskan lagi bahwa “retorika nuklir Rusia yang tak bertanggung jawab tidak dapat diterima sama sekali,” kata pernyataan itu.

Rusia pernah menjadi bagian dari apa yang semula disebut G8, tetapi kemudian dikeluarkan setelah menganeksasi Semenanjung Krimea di Ukraina pada tahun 2014.

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada wartawan pada Senin bahwa ada juga sikap bersatu mengenai keterlibatan dengan China, yang mencakup “keinginan kuat dalam memastikan bahwa China memenuhi komitmen yang dibuatnya kepada komunitas dunia dan kepada kita semua secara individu bahwa negara itu tidak bermaksud memasok senjata ke Rusia dalam perang ini.’

Pejabat itu mengatakan G-7 juga membahas kebutuhan investasi ekonomi dan keamanan jangka panjang Ukraina.

Ancaman Ranjau

Sementara itu Kementerian Pertahanan Inggris pada Senin (17/4) menyoroti meningkatnya jumlah kematian warga sipil karena ranjau di Ukraina.

Kementerian Inggris itu mengatakan kasus terburuk terjadi di daerah-daerah yang sebelumnya diduduki pasukan Rusia, termasuk Kherson dan Kharkiv, dan bahwa risikonya meningkat dengan dimulainya kegiatan pertanian pada musim semi.

“Lebih dari 750 korban terkait ranjau di kalangan warga sipil telah dilaporkan sejak dimulainya invasi – satu dari delapan korban adalah anak-anak. Kemungkinan besar akan perlu waktu sedikitnya satu dekade untuk membersihkan ranjau di Ukraina,” kata kementerian itu dalam penilaian harian terbarunya.
Pengecam Kremlin

Rusia pada Senin menjatuhkan hukuman penjara 25 tahun kepada seorang aktivis oposisi terkemuka atas tuduhan yang mencakup pengkhianatan, setelah ia mengkritik perang Rusia di Ukraina.

Penetapan vonis terhadap Vladimir Kara-Murza ini merupakan yang terbaru dari penindakan keras terhadap oposisi di Rusia yang terjadi setelah Putin melancarkan invasi skala penuh terhadap Ukraina pada Februari 2022.

Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly menyerukan pembebasan Kara-Murza, yang memiliki kewarganegaraan ganda Rusia-Inggris.

“Vladimir Kara-Murza dengan berani mencela invasi Rusia terhadap Ukraina karena pelanggaran terang-terangan Rusia terhadap hukum internasional dan Piagam PBB,” kata Cleverly dalam sebuah pernyataan. “Kurangnya komitmen Rusia untuk melindungi HAM, termasuk kebebasan menyatakan pendapat, sangat mengkhawatirkan.” (VOA)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel



Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.

Lelemuku.com - Cerdaskan Anak Negeri


Iklan Bawah Artikel