Peningkatan Aktivitas Terpantau di Kompleks Nuklir Korea Utara
pada tanggal
02 April 2023
PYONGYANG, LELEMUKU.COM - Citra satelit memantau adanya peningkatan aktivitas yang sangat signifikan di lokasi nuklir utama Korea Utara, sebuah lembaga kajian Amerika Serikat (AS) melaporkan pada Sabtu (1/4). Kesibukan tersebut terjadi menyusul perintah pemimpin Korea Utara Kim Jong Un untuk memperbanyak produksi bahan bakar bom untuk memperluas persenjataan nuklir negara itu.
Proyek pemantauan Korea Utara 38 yang berbasis di Washington mengatakan berdasarkan pemantauan dari 3 Maret hingga 17 Maret, mengindikasikan Reaktor Air Ringan Eksperimental (Experimental Light Water Reactor/ELWR) di Yongbyon hampir selesai dan sedang beralih ke status operasional.
Menurut laporan itu, citra satelit menunjukkan bahwa reaktor 5 megawatt di Yongbyon terus beroperasi dan konstruksi reaktor itu dilakukan di gedung pendukung di sekitar ELWR. Selanjutnya, debit air telah terdeteksi dari sistem pendingin reaktor tersebut. Konstruksi baru juga telah dimulai di sekitar pabrik pengayaan uranium Yongbyon, kemungkinan akan memperluas kemampuannya.
"Perkembangan ini tampaknya mencerminkan arahan Kim Jong Un baru-baru ini untuk meningkatkan produksi bahan fisil negara untuk memperluas persenjataan senjata nuklirnya," tambah laporan itu, merujuk pada pemimpin Korea Utara.
Pada Selasa (28/3), Korea Utara meluncurkan hulu ledak nuklir baru yang lebih kecil dan berjanji untuk memproduksi lebih banyak bahan nuklir tingkat senjata untuk memperluas persenjataannya. Pyongyang juga mengkritik aktivitas peningkatan latihan militer antara Korea Selatan dan AS.
Kantor berita Korea Utara melaporkan Kim memerintahkan produksi bahan senjata dengan "cara berpandangan jauh ke depan" untuk meningkatkan persenjataan nuklir negara itu "secara eksponensial.”
Dalam sebuah laporan tahun lalu, Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) memperkirakan Korea Utara telah mengumpulkan hingga 20 hulu ledak nuklir, dan mungkin memiliki bahan fisil yang cukup untuk sekitar 45–55 perangkat nuklir. (VOA)