Utusan Kedutaan Besar Kanada, Antoine Nouvet Kunjungi International University of Papua (IUP)

JAYAPURA, LELEMUKU.COM - Civitas akademika International University of Papua (IUP) antusias menyambut kedatangan Mr. Antoine Nouvet Sekretaris Pertama Bidang Politik untuk Indonesia, Malaysia, Papua Nugini & Timor Leste Kedutaan Besar Kanada untuk Indonesia di kampus IUP Waena Kota Jayapura pada Senin, 3 April 2023.

IUP menjadi isntitusi pertama yang dikunjungi oleh Mr. Antoine usai perjanannya dari Vanimo Papua Nugini. Ia mengungkapkan bahwa, dirinya cukup gembira karena pada akhirnya bisa kembali melakukan perjalanan ke Papua setelah vakum selama kurang lebih hampir 3 tahun semenjak covid 19 melanda pada awal tahun 2020. 

Hal ini Antoine kemukakan pada saat menyambangi dan menyapa para mahasiswa yang sedang berada di ruang-ruang kelas. Interaksi singkat melalui perkenalan antara para mahasiswa IUP dengan salah satu pejabat Kedubes Kanada ini tentu memberikan kesan tersendiri terutama bagi para mahasiswa.

Mahasiswa IUP dengan sigap mempraktekkan Bahasa Inggris mereka dihadapan native speaker meski hanya sekedar memperkenalkan diri juga menjelaskan alasan dibalik ketertarikan mereka dalam memilih jurusan program studi yang kini tengah memasuki semester kedua.

Dalam kunjungan ini, Mr.Antoine juga berkesempatan berdiskusi secara mendalam dengan para Pimpinan IUP juga dengan didampingi oleh Founder IUP Samuel Tabuni.

“Kunjungannya ke Jayapura guna membahas sejumalah issue yang menjadi concern kedubes Kanada dalam hal ini meliputi konservasi lingkungan, perubahan iklim, pendidikan, kehutanan dan konservasi mangrove, dan teknologi dengan sejumlah institusi salah satunya dengan IUP,” ungkap Antoine.

Rektor IUP, Dr. Izak Morin selain menyambut kehadiran Mr.Antoine dengan sukacita sekaligus mengapresiasi Kedubes Kanada atas perkenanannya mengunjungi dan bertukar pikiran bersama dengan civitas akademika IUP terkait sejumlah issue pokok yang menjadi concern IUP sebagai institusi pendidikan yang berbasis di tanah Papua.

Ia menjelaskan bahwa universitas ini ada tidak hanya untuk mempersiapkan putra-putri Papua dengan berbagai ilmu pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan zaman namun juga disaat yang sama memperkuat identitasnya sebagai putra-putri Papua yang juga melestarikan nilai dan adat istiadat, juga mengenal dan mehamami bahasa ibunya masing-masing. Beliau berharap kunjungan ini dapat menjadi awal dari sebuah kerjasama yang dapat dikolaborasikan pada waktu-waktu mendatang.

Hal serupa juga kembali ditegaskan oleh Wakil Rektor III Abinus Sama, S.Sos., M.I.R yang sekaligus juga menjelaskan sejumlah institusi di luar negeri yang kini telah menjadi mitra IUP di antaranya seperti; Highland College, University of Rode Island, Johnson & Wales University, Dallas Baptist University & ARIEL University. Wakil Rektor Bidang Kerjasama & Pengembangan IUP ini juga telah manyatakan kesediannya untuk menindaklanjuti hal-hal berkaitan dengan segala kesiapan administrative yang dibutuhkan dalam merealisasikan kerjasama potensial antara IUP dengan Institusi pendidikan di Kanada dengan difasilitasi oleh Kedutaan Besar Kanada untuk Indonesia di Jakarta.

Selanjutnya Korinus Waimbo selaku wakil Rektor II Bidang Umum, Keuangan dan Kepegawaian juga mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan kepada Mr. Antoine mengenai proses belajar mengajar yang saat ini telah berlangsung di IUP di tengah segala keterbatasan yang ada.

Meski demikian melalui kerjas keras, saat ini Yayasan tengah melakukan sejumlah upaya termasuk dalam rencana pembangunan fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar permanen, yang memadai di waktu mendatang.

“Sejauh ini dengan kerjasama yang dilakukan dengan berbagai pihak terutama melalui kemitraan bersama Universitas Cenderawasih, sejumlah keterbatasan yang dialami dapat ditangani,” ujar Abinus.

Selanjutnya Ia juga mengemukakan bahwa  IUP melalui Yayasan Maga Edukasi Papua (YMEP) yang menaungi, sejak awal berdiri juga telah memfasilitasi akomodasi penunjang bagi mahasiswa seperti asrama, transportasi & konsumsi terutama bagi mahasiswa-mahasiswi yang berasal dari pedalaman dan berekonomi lemah, seperti yang berasal dari masyarakat suku Amungme, Komoro yang didukung oleh YPMAK, masyarakat suku Nduga yang didukung oleh Pemda Kabupaten Nduga serta sejumlah suku dari daerah terpencil lainnya di Papua.

Ia juga menegaskan bahwa dengan membangun IUP maka harapan anak-anak Papua untuk mengakses pendidikan bertaraf internasional dapat diakses secara langsung di tanah Papua tanpa harus melakukan perjalanan jauh ke luar negeri, yang tentu juga memakan biaya yang cukup mahal.

Melanjutkan apa yang dikemukakan Wakil Rektor II, Dr. Yane Oktovina Ansanay selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik & Kemahasiswaan juga menambahkan penjelasan bahwa, sebagai universitas yang baru berdiri, IUP memulai dengan memberi fokus pada dua fakultas yakni, Fakultas Sains & Teknologi dan Fakultas Ilmu Pendidikan & Keguruan dengan total lima program studi yang mana juga menjadi syarat minimal dalam pendirian sebuah universitas, menurut regulasi yang berlaku di Indonesia.

Menurutnya pemilihan dua fakultas sebagaimana disebutkan di atas dengan 5 program studi dilakukan dengan pertimbangan matang akan kebutuhan pengelolaan dan pengembangan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia Papua yang juga relevan dengan tuntutan dan perkembangan zaman. Di akhir penyampainnya ia juga mengemukakan sejumlah hal berkaitan dengan potensi kerjasama yang bisa dikembangkan ke depan berkaitan dengan pertukaran mahasiswa, kerjasama penelitian dan lain sebagainya.

Diakhir dari penyampaian rektor dan para wakil rektor, Samuel Tabuni selaku pendiri IUP juga Yayasan Maga Edukasi Papua (YMEP) sebagai lembaga yang menaungi IUP mengemukakan bahwa membangun Papua tanpa memmbangun manusia Papua adalah sebuah kemustahilan. Itu sebabnya apa yang dikerjakan melalui IUP ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas SDM Papua yang mumpuni. Oleh karena itu, berbagai bentuk kemitraan yang dapat dijejaki untuk menunjang akselerasi usaha yang dikerjakan melaui kerjasama universitas dengan berbagai elemen termasuk dengan Pemerintah Kanada.

Ia menyadari bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan yang tidak sederhana, terutama di tengah situasi sosial politik di Papua seperti sekarang ini. Baginya apapun situasi sosial politik di papua yang bergejolak akhir-akhir ini tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak melakukan peningkatan SDM Papua melalui pendidikan. Baginya mengerjakan pendidikan melalui IUP ini adalah bagian dari sebuah “tindakan kemanusiaan” yang akan terus dikerjakan apapun kondisinya.

Mendengar penjabaran yang dikemukakan oleh para pimpinan maupun founder IUP Mr. Antoine, menyampaikan apresiasi dan menyampaikan sejumlah hal yang berpotensi untuk dikolaborasikan di waktu mendatang, terutama berkaitan pengelolaan pendidikan modern yang juga tetap dengan memberi fokus pada penguatan masyarakat lokal maupun penguatan nilai-nilai kearifan lokal yang melekat sebagai identitas budaya.

“Hal ini sejalan dengan model pendidikan yang juga dikembangkan dan telah dipraktekan dalam pengembangan pendidikan di Kanada bertahun-tahun lamanya,” sebut dia.
Ia pun menyambut baik rencana penjejakan untuk kerjasama dalam pertukaran mahasiswa, pengajar, maupun peneliti. Pertemuan yang berlangsung kurang lebih hampir empat jam ini kemudian diakhiri dengan penyerahan cinderamata oleh Rektor IUP kepada Mr. Antoine dan diakhiri dengan foto bersama.

Turut hadir dalam pertemuan ini, Kabiro Kerjasama dan Pengembangan Drs. Pieter Upessy, MA, Sekretaris LPPM Kalvin Paiki, S. Si., M. Si, Sekretaris LP2M Lodwyk N Krimadi, S. Si., M. Si, Kabag Humas IUP & Jastyan Antonio Lorenzo Wossiry Asisten Rektor IUP maupun Mr. Daniel Yaman. (HumasIUP)