Penundaan Kunker Joe Biden ke Australia dan PNG Picu Kritikan dan Pertanyaan
pada tanggal
19 Mei 2023
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Sejumlah pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden menyangkal kritik atas keputusan penundaan kunjungan ke Australia dan perjalanan yang bersejarah ke Papua Nugini. Lawatan ke Papua Nugini sendiri sedianya akan menjadi yang pertama bagi seorang presiden AS.
Analis menggambarkan langkah yang didorong oleh keharusan bagi Presiden Joe Biden untuk pulang lebih cepat agar dapat berunding mengenai anggaran di kongres, dianggap sebagai kemunduran bagi Amerika Serikat dan keuntungan bagi China karena negara tersebut telah memperkuat pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik. Hal itu menjadi salah satu alasan bagi pemerintahan Biden untuk memperkuat aliansi di wilayah tersebut baru-baru ini.
Biden berangkat pada Rabu (17/5) ke Jepang untuk perjalanan singkat guna menghadiri pertemuan puncak beberapa negara ekonomi maju atau G-7.
Biden menelepon Perdana Menteri Papua Nugini, James Marape pada Kamis (18/5) pagi dari pesawat kepresidenan Air Force One. Ia mengundang Marape datang ke Washington pada September untuk menghadiri pertemuan puncak negara-negara Kepulauan Pasifik kedua, "di mana para pemimpin dapat melanjutkan diskusi seputar peningkatan kerja sama AS dan Pasifik dalam prioritas bersama, termasuk memerangi krisis iklim, meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi, mempromosikan keamanan maritim dan pembangunan inklusif, serta meningkatkan keterlibatan orang-per-orang."
Biden pertama menggelar konferensi tersebut pada September tahun lalu.
"Saya beruntung menjadi bagian dari orang-orang yang (Biden) hubungi secara langsung ... dia menyampaikan permintaan maaf yang tulus karena tidak bisa mengunjungi negara kita," kata Marape.
Biden mengatakan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, akan melakukan perjalanan ke Papua Nugini pada Senin untuk mewakilinya.
Erin Murphy, peneliti senior di CSIS, mengatakan kepada VOA pada Rabu (17/5) bahwa penundaan kunjungan tersebut merupakan masalah yang besar.
"Ketika kamu berpikir apa yang AS akan lakukan di wilayah Kepulauan Pasifik, untuk menunjukkan bahwa AS benar-benar terlibat secara ekonomi, militer, diplomatik dan untuk menunjukkan bahwa mereka merupakan lawan yang strategis, untuk menyediakan hal-hal yang dibutuhkan oleh Kepulauan Pasifik," ujarnya. "Saya rasa (penundaan) ini adalah kemunduran besar." (VOA)