Utusan China Li Hui Mulai Tur Perdamaian ke Ukraina, Rusia dan Eropa
pada tanggal
15 Mei 2023
BEIJING, LELEMUKU.COM - Seorang utusan khusus China pada Senin 15 Mei 2023 memulai tur ke Eropa yang akan membawanya pertama ke Ukraina dan terakhir ke Rusia. Seperti dilansir Reuters, Beijing menyebut lawatan ini bertujuan untuk membahas "penyelesaian politik" bagi krisis Ukraina.
Li Hui, perwakilan khusus China untuk urusan Eurasia sejak 2019 sekaligus mantan duta besar untuk Rusia, juga akan mengunjungi Polandia, Prancis, dan Jerman dalam perjalanan beberapa hari. Hal ini diumumkan kementerian luar negeri pada pekan lalu lalu, “untuk komunikasi mendalam dengan berbagai pihak dalam penyelesaian krisis Ukraina”.
Li, seorang penutur bahasa Rusia yang fasih, adalah pejabat China paling senior yang mengunjungi Ukraina sejak Rusia memulai invasi besar-besaran pada Februari 2022. Lawatannya bisa bertepatan dengan dimulainya serangan balasan yang telah lama diantisipasi oleh Ukraina untuk merebut kembali wilayah yang direbut dan diduduki oleh Rusia.
Li telah menghabiskan seluruh karir diplomatiknya berurusan dengan Uni Soviet, Rusia dan negara-negara yang muncul setelah kejatuhannya sejak bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Departemen Urusan Soviet dan Eropa Timur pada 1975.
Kunjungan itu dilakukan setelah Presiden China Xi Jinping mengadakan panggilan telepon akhir bulan lalu dengan mitranya dari Ukraina Volodymyr Zelensky, panggilan di masa perang pertama yang diketahui antara kedua pemimpin.
Zelensky menggambarkan pembicaraan selama satu jam itu sebagai "panjang dan bermakna", sementara Xi mengatakan "posisi inti China adalah untuk mempromosikan perdamaian melalui pembicaraan".
Pada peringatan pertama invasi besar-besaran Rusia, China merilis proposal 12 poin untuk perdamaian, Posisi China dalam Penyelesaian Politik Krisis Ukraina. Namun, usulan ini ditanggapi dengan skeptisisme oleh negara-negara Barat mengingat hubungan Beijing dengan Rusia.
Beijing mendesak "kedua belah pihak" untuk menyetujui de-eskalasi bertahap dan meninggalkan "mentalitas Perang Dingin".
Beijing tidak secara eksplisit mengutuk Moskow atas invasi tersebut, yang terjadi kurang dari tiga minggu setelah kedua negara berkomitmen pada kemitraan "tanpa batas". Pada Maret, Xi melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin ketika kedua pria tersebut menandatangani perjanjian untuk membawa hubungan antara kedua negara mereka ke dalam “era baru”.
Sejak pembicaraan telepon Xi-Zelensky, beberapa pemimpin Eropa, termasuk Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, telah melakukan perjalanan ke Beijing. Mereka mendesak China untuk berperan lebih aktif dalam menahan agresi Moskow.
Kyiv telah mengesampingkan gagasan konsesi teritorial apa pun ke Rusia dan mengatakan ingin setiap jengkal tanahnya kembali. Rusia menginvasi dan kemudian mencaplok semenanjung Krimea pada 2014 – sebuah tindakan yang dikecam secara luas pada saat itu – dan pada September tahun lalu, mengumumkan telah mencaplok empat wilayah timur Ukraina lainnya. (Tempo)