Warga China Semakin Banyak Incar Properti di Thailand
pada tanggal
09 Mei 2023
BEIJING, LELEMUKU.COM - Sejumlah warga China mengincar properti di Thailand sebagai rumah kedua untuk persiapan menghadapi kemungkinan terjadinya lagi penguncian akibat pandemi seperti saat lock down total selama 3 tahun akibat Covid-19.
Salah satunya adalah Daniel Bia, penduduk Shanghai, yang sedang menikmati pemandangan ibu kota Thailand sambil duduk di kursi di samping kolam renang di lantai 19 sebuah kondominium mewah.
"Saya merasa hidup. Saya merasa bebas," kata Bian seperti dikutip Reuters, Senin, 8 Mei 2023. "Ini adalah mimpiku."
Terkurung di China selama tiga tahun di bawah beberapa pembatasan terberat di dunia terhadap Covid-19, Bian termasuk di antara warga China daratan yang berburu properti di negara Asia Tenggara itu sejak Beijing membuka perbatasannya tahun ini.
Banyak orang Cina sangat ingin berinvestasi di tempat tinggal di luar negeri, tertarik untuk jaring pengaman jika terjadi wabah penyakit serupa, dan juga untuk melindungi diri dari risiko ekonomi di dalam negeri.
Thailand adalah tujuan wisata paling populer bagi turis Tiongkok selama liburan hari buruh Mei, data dari situs web Trip.com menunjukkan, diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan.
Sekolah internasional yang bagus serta fasilitas medis berkualitas di negara Asia Tenggara ini menarik semakin banyak orang China memiliki rumah kedua.
Thailand mengharapkan setidaknya 5 juta pengunjung China tahun ini, beberapa akan membeli properti, meskipun angka tersebut masih jauh dari era sebelum COVID, ketika mereka mencapai hampir sepertiga dari 40 juta kedatangan.
"Pasti ada permintaan dari China untuk properti di Thailand," kata Mesak Chunharakchot, presiden Asosiasi Real Estat Thailand.
Daftar pembelian teratas adalah lokasi di kota-kota besar seperti ibu kota, Bangkok, bersama dengan Chiang Mai di pegunungan utara, resor pantai pantai timur Pattaya, dan wilayah timur laut Isan, katanya.
"Orang Cina membeli rumah, menyekolahkan anak mereka ke sekolah internasional dan meminta orang tua mereka tinggal di Thailand untuk merawat cucu."
Hampir 270.000 turis Tiongkok mengunjungi Thailand pada Maret, menurut data pemerintah, tertinggi dalam tiga tahun, meskipun jauh di bawah angka 985.227 pada Maret 2019, sebelum pandemi terjadi.
Porsi siswa China di Singapore International School Bangkok naik menjadi 12% hingga 13% awal tahun ini, atau 400 dari 3.100 siswa di empat sekolah, melampaui angka 6% selama pra-pandemi 2019.
"Di China, ketika semuanya ditutup - dalam semalam, tidak ada yang bisa keluar," kata kepala eksekutif sekolah, Kelvin Koh, kepada Reuters. "Ini memengaruhi perilaku keluarga Tionghoa."
Terlepas dari aturan Thailand yang membatasi kepemilikan asing hanya 49% dari unit dalam pengembangan kondominium, calon pembeli berdatangan, membawa bisnis ke agen real estat yang menargetkan pembeli China.
Salah satu agen tersebut adalah Owen Zhu, yang mengawal Bian, 50 tahun, dan ibunya yang berusia 70 tahun. Ibu dan anak ini melihat tiga apartemen kelas atas di Bangkok selama sehari.
"Banyak yang berubah setelah pandemi. Sebagian besar orang China memilih membeli apartemen mewah untuk ditinggali," kata Zhu.
Banyak klien yang sebelumnya membeli untuk tujuan investasi sekarang memusatkan perhatian pada properti yang biasanya menelan biaya lebih dari 2 juta yuan (Rp4,36 miliar), katanya.
"Anggaran itu hanya bisa membeli rumah sederhana di kota-kota lapis pertama China, dan lokasinya mungkin tidak bagus," kata Zhu.
"Tapi dengan uang itu mereka bisa membeli apartemen mewah di jantung kota Bangkok. Oleh karena itu beberapa akan menjual salah satu rumah di China dan membeli properti di sini untuk masa pensiun."
Bian, yang menyelenggarakan pertukaran budaya antara China dan negara lain, juga melihat lebih sedikit kendala di Thailand.
"Kebebasan untuk masuk atau keluar negara, untuk melakukan perjalanan bolak-balik. Begitu juga dengan kebebasan bermasyarakat. Kebebasan itu sangat penting," kata Bian. (Tempo)