Benjamin Netanyahu Sebut Permukiman Yahudi di Tepi Barat Bukan Penghalang Perdamaian
pada tanggal
10 Juni 2023
YERUSALEM, LELEMUKU.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki bukanlah halangan untuk perdamaian dengan Palestina dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Jumat, 9 Juni 2023, menguji hubungan antara Washington dan sekutu utamanya di Timur Tengah.
Perluasan permukiman di Tepi Barat telah menjadi salah satu masalah yang paling diperdebatkan antara Israel, Palestina, dan komunitas internasional selama beberapa dekade. Perluasan itu terus berlanjut meskipun ada seruan berulang-ulang untuk menghentikan konstruksi dari sekutu, termasuk Amerika Serikat.
Sebagian besar negara menganggap konstruksi seperti itu ilegal menurut hukum internasional, dan Palestina mengatakan perluasan permukiman Yahudi di tanah yang diduduki merusak upaya mereka untuk negara yang layak.
Dalam sebuah wawancara dengan Sky News yang dirilis, Jumat, Netanyahu mengatakan bahwa "tidak benar" bahwa pemukiman merupakan rintangan bagi perdamaian, menambahkan bahwa kembalinya para pemukim baru-baru ini ke pemukiman yang dievakuasi tidak melanggar komitmen apa pun kepada pemerintahan Biden.
"Gagasan bahwa kehadiran orang Yahudi di tanah air leluhur mereka, yang telah menjadi tanah air kita selama 3.000 tahun terakhir, bahwa orang Yahudi tidak boleh tinggal di sana... Saya pikir itulah hambatan bagi perdamaian," kata Netanyahu.
Tepi Barat adalah salah satu wilayah yang diduduki Israel dalam perang Timur Tengah 1967 di mana warga Palestina menjalankan pemerintahan sendiri yang terbatas di bawah pemerintahan militer Israel selama puluhan tahun.
Menurut sebuah laporan oleh Komite Hak Asasi Manusia PBB, kurang dari 700.000 pemukim Israel tinggal di 279 pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, naik dari 520.000 pada 2012.
Sejak menjabat pada Januari, koalisi agama-nasionalis Netanyahu telah menyetujui promosi lebih dari 7.000 unit rumah baru, paling dalam di Tepi Barat, dan mengubah undang-undang yang membuka jalan bagi para pemukim untuk kembali ke empat permukiman yang telah dievakuasi.
"Israel berusaha untuk menyesatkan dan menipu publik, seolah-olah pemukiman tidak didirikan di tanah Palestina milik rakyat Palestina," kata Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, kepada Reuters.
"Jika pemerintah ini menginginkan perdamaian abadi, ia harus mengakui resolusi internasional yang didasarkan pada solusi dua negara."
Dalam wawancara Sky News, Netanyahu juga mengatakan bahwa menjalin hubungan diplomatik dengan Arab Saudi akan "mengubah sejarah".
Tentang Iran, dia mengatakan upaya diplomatik untuk menghentikan Teheran mengembangkan kemampuan nuklir hanya dapat berhasil jika digabungkan dengan ancaman militer yang kredibel, dan bahwa Israel akan melakukan "apa pun yang kami butuhkan untuk mempertahankan diri". (Tempo)