Alexander Lukashenko Pastikan Rusia Tak akan Gunakan Senjata Nuklir
pada tanggal
03 Juli 2023
MINSK, LELEMUKU.COM - Presiden Belarus Alexander Lukashenko, sekutu setia Kremlin dalam perang di Ukraina, mengatakan pada Jumat (30/6) bahwa ia yakin senjata nuklir taktis Rusia yang dikerahkan di negaranya tidak akan pernah digunakan.
Lukashenko dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa beberapa senjata taktis milik Kremlin sudah tiba di Belarus dan beberapa sisa senjata lainnya akan ditempatkan pada akhir tahun.
Presiden Belarus, dalam pidato peringatan hari nasional negara bekas Sovietnya, mengatakan penempatan senjata di Belarusia adalah "inisiatif saya yang paling kuat.”
“Saat kami bergerak, kami menjadi semakin yakin bahwa mereka (senjata) harus ditempatkan di sini, di Belarus, di tempat yang dapat diandalkan,” kata Lukashenko dalam sebuah pertemuan di aula besar siaran online kantor berita pemerintah, BelTA.
"Saya yakin kami tidak akan pernah menggunakannya selama mereka (senjata itu) ada di sini. Dan tidak ada musuh yang akan menginjakkan kaki di tanah kami."
Lukashenko, seperti halnya Rusia, telah berulang kali menuduh negara-negara Barat berusaha menghancurkan negaranya. Ia mengatakan penyebaran senjata nuklir diperlukan untuk mencegah agresor potensial.
Dia mengatakan pada bulan ini bahwa beberapa senjata nuklir ada di Belarusia dan pada satu titik menyarankan dia tidak akan ragu untuk menggunakannya jika dibutuhkan. Namun ia menegaskan bahwa konsultasi dengan Rusia akan diperlukan.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan pada Jumat (30/6) bahwa pengerahan senjata tersebut tidak melanggar Traktat Non-Proliferasi Nuklir 1968 karena Rusia masih mempertahankan kendali atas senjata itu. Dia mengatakan kepada kantor berita Rusia, Tass, bahwa pengerahan senjata telah "dipaksakan" di Rusia.
Lukashenko mengizinkan Putin meluncurkan sebagian dari invasi Februari 2022 ke Ukraina dari Belarus dan mendukung perang tersebut. Ia menjadi mediator kesepakatan pekan lalu untuk memungkinkan pemimpin tentara bayaran Yevgeny Prigozhin dan pasukannya memindahkan operasi ke negaranya. (VOA)