Ini 10 Negara dengan Polusi Udara Terparah di Dunia
pada tanggal
05 Juli 2023
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Besarnya tanggung jawab suatu negara dalam menghadapi krisis iklim dan polusi udara global bergantung pada sejumlah faktor penyebab yang mereka hasilkan, seperti emisi karbon. Pencemar udara terbesar perlu mengambil tindakan signifikan untuk mengimbangi jejak karbon mereka dengan mendukung proyek lingkungan di seluruh dunia.
Melansir climatetrade.com, lebih dari 30 gigaton karbon dioksida (CO2) dilepaskan ke atmosfer Bumi. Itu adalah sumber utama gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Bagian paling besar dari gas-gas tersebut berasal dari penggunaan bahan bakar fosil, pembangkit energi tak terbarukan, serta pelbagai aktivitas manusia yang mencemari.
Laporan terakhir Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) menunjukkan bahwa selama 2020, konsentrasi CO2 di atmosfer kembali memecahkan rekor meskipun sudah terjadi penurunan emisi bahan bakar fosil berkat Covid-19. Secara khusus, konsentrasinya mencapai 413 bagian per juta (parts per million atau ppm) pada 2020 atau 149 persen lebih tinggi dibanding era pra-industri (sebelum 1750).
Pencemar Udara Terbesar di Dunia
Walau demikian, sebagian besar polusi udara berasal dari beberapa negara saja. China sendiri telah menghasilkan 30,9 persen dari seluruh emisi global, sedangkan Amerika Serikat 13,3 persen. Menurut data BP p.l.c., berikut 10 negara penghasil emisi terbanyak berdasarkan jumlah karbon dioksida yang dilepaskan.
China (2020: 11,46 miliar ton | 2021: 12,04 miliar ton)
Amerika Serikat (2020: 4,88 miliar ton | 2021: 5,17 miliar ton)
India (2020: 2,49 miliar ton | 2021: 2,8 miliar ton)
Rusia (2020: 2,01 miliar ton | 2021: 2,17 miliar ton)
Jepang (2020: 1,06 miliar ton | 2021: 1,08 miliar ton)
Iran (2020: 856,9 juta ton | 2021: 892,7 juta ton)
Indonesia (2020: 694,3 juta ton | 2021: 713,1 juta ton)
Arab Saudi (2020: 670,4 juta ton | 2021: 679,4 juta ton)
Jerman (2020: 618,1 juta ton | 2021: 646,7 juta ton)
Korea Selatan (2021: 614,2 juta ton | 2021: 628,7 juta ton)
Mencapai Netralitas Karbon
Negara-negara di atas tidak bisa mencapai netralitas karbon hanya dengan mengurangi emisi domestik. Mereka perlu mengimbangi sebagian besar jejak karbon di pasar karbon internasional. Oleh karena itu, penting halnya untuk mengatasi efek rumah kaca dengan langkah-langkah inovatif seperti efisiensi energi terbarukan, transportasi berkelanjutan, hingga pengolahan limbah yang lebih baik.
Upaya kolaboratif dan kebijakan yang kuat akan membuahkan netralitas karbon, keseimbangan iklim global, serta lingkungan sehat bagi generasi mendatang. (Tempo)