Kunker ke Djibouti, Llyod Austin Fokus pada Isu Pertahanan
pada tanggal
25 September 2023
DJIBOUTI, LELEMUKU.COM - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Llyod Austin, Minggu (24/9), melangsungkan pertemuan dengan Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud dan pemimpin Djibouti yang menandai dimulainya lawatan pertamanya ke Afrika sebagai menteri pertahanan di tengah terus terjadinya aksi kekerasan di kawasan itu.
Austin juga akan bertolak ke Kenya dan Angola pekan ini.
Sebuah pangkalan militer utama AS di Afrika, yaitu Kamp Lemonier, terletak di Djibouti. Austin mengatakan kamp itu “penting” untuk “mengatasi ekstremisme dan mendukung keamanan di seluruh kawasan itu.”
Dia menambahkan bahwa AS bangga dapat bermitra dengan pasukan Djibouti dan pasukan Uni Afrika untuk mendukung Somalia di mana militan Al Shabab meningkatkan perlawanan mereka terhadap operasi keamanan yang sedang berlangsung di sana. Al Shabab adalah cabang utama Al-Qaeda di benua itu.
Somalia menghadapi kemunduran dalam upaya melawan Al-Shabab setelah serangan berdarah di Kota Cowsweyne pada 26 Agustus lalu. Puluhan tentara pemerintah tewas dalam serangan itu, dan membuat mereka tergesa-gesa mundur dari garis depan dan kota-kota yang sebelumnya berhasil direbut dari Al Shabab.
Kemunduran itu merupakan salah satu alasan yang disampaikan Somalia saat meminta “penangguhan teknis” penarikan pasukan militer Uni Afrika dari Somalia. Penarikan pasukan yang dimulai pekan lalu itu juga akan mencakup penyerahan operasi pangkalan-pangkalan yang selama ini dikelola oleh 3.000 tentara Uni Afrika kepada pasukan Somalia, selambat-lambatnya pada akhir bulan ini.
“Sayangnya pada 26 Agustus lalu kami mengalami kemunduran yang signifikan setelah serangan terhadap pasukan kami di Cowsweyne, di kawasan Galgudud, dan mundurnya sejumlah pasukan dari kota-kota yang baru saja kami kuasai,” demikian petikan surat yang ditulis Penasihat Keamanan Nasional Somalia Hussein Sheikh-Ali.
“Peristiwa tidak terduga ini telah melemahkan pasukan militer kami dan menunjukkan kerentanan kami di garis depan.”
Seorang pejabat pertahanan AS menggambarkan Al Shabab sebagai “tantangan sulit” dan “tidak akan dapat dihentikan dalam waktu singkat.” Ditambahkannya, “diperlukan kerjasama yang konsisten dan berkelanjutan antara AS dan mitra-mitra kami di Afrika bagian timur, termasuk Kenya.”
Militer AS telah “melatih dan memberi nasihat” kepada pasukan Somalia selama bertahun-tahun untuk melawan Al-Shabab, termasuk pelatihan bagi Pasukan Khusus; dan telah melancarkan serangan udara terhadap kelompok itu. (VOA)