Provinsi Papua Bara Duduki Inflasi Tertinggi di Indonesia
pada tanggal
20 September 2023
SORONG, LELEMUKU.COM - Kondisi angka inflasi gabungan kota per provinsi berdasarkan tahun ke tahun (year on year) pada bulan Agustus 2023, Provinsi Papua Barat menduduki posisi tertinggi dengan angka 4,4% diikuti Kalimatan Selatan 4,36%, Maluku Utara 4,32%, Jawa Timur 4,13%, DI Yogyakarta 4,08%, NTT 3,95%, Kalimantan Timur 3,92%, Kalimantan Barat 3,79%, Sulawesi Selatan 3,53%, dan Sulawesi tenggara 3,52%.
Demikian penyampaian Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Dalam Negeri, Komjen Pol. Tomsi Tohir dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang dilaksanakan secara luring di ruang rapat Sasana Bhakti Kemendagri, dan daring via zoom meeting.
Kegiatan ini juga diikuti Kepala Dinas Perindustrian Bina Sarana dan Prasaran Kota Sorong, Izak Djitmau mewakili Pj. Wali Kota, bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Sorong, di Ruang Anggrek lantai II Kantor Wali Kota Sorong, Senin (18/9/2023) pagi hari.
Untuk inflasi tertinggi pada 10 kabupaten, angka tertinggi ada di Kabupaten Manokwari yaitu 6,40%, diikuti Merauke 5,91%, Timika 4,92%, Waingapu 4,84%, Sumenep 4,72%, Luwuk 4,58%, Jember 4,26%, Maumere 4,22%, Kotabaru 4,06%, dan Tanjung Pandan 3,99%.
Sedang angka inflasi terendah pada 10 kota, angka tertinggi ada di Kota Tual 4,68%, Singkawang 4,57%, Banjarmasin 4,53%, Kotamobagu 4,44%, Surabaya 4,33%, Ternate 4,32%, Baubau 4,11%, Yogyakarta 4,08%, Cirebon 4,04%, dan Bogor 4,03%.
Sebaliknya, 10 kabupaten dengan angka inflasi terendah yaitu, Singara 3,44%, Sampit 3,32%, Bulukumba 2,99%, Sintang 2,96%, Tanjung 2,76%, Watampone 2,29%, Tembilahan 2,27%, Mamuju 2,20%, Meulaboh 2,17%, dan Bungo 1,93%.
Sepuluh kota dengan angka inflasi terendah, Mataram 2,75%, Medan 2,68%, Palu 2,40%, Jayapura 2,30%, Gunung Sitoli 2,09%, Banda Aceh 2,06%, Manado 2,06%, Tanjung Pinang 2,04%, Gorontalo 2,02%, dan Jambi 1,92%.
Dari data di atas, Tomsi Tohir meminta kepada 10 kepala daerah yang mempunyai angka inflasi tertinggi, untuk dapat melakukan upaya-upaya yang lebih maksimal. Ia juga memberikan apresiasi kepada 10 daerah terendah, atas upaya yang telah dilakukan dalam menekan angka inflasi dalam satu minggu terakhir.
“Pemerintah pusat konsisten berusaha mengatasi inflasi di Indonesia, khususnya terkait harga beras yang dalam tiga minggu terakhir terus mengalami kenaikan, dan belum mengalami penurunan yang signifikan,” tegasnya.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Pusat, Pudji Ismartini menjelaskan, pada minggu kedua September 2023, terjadi perubahan Indeks Perkembangan Harga (IPH). Komoditas pemicu kenaikkan IPH berdasarkan jumlah kab/kota yaitu, gula pasir di 341 kab/kota, beras 340, dan cabai merah 226.
Untuk komoditas pemicu penurunan IPH berdasarkan jumlah kab/kota yaitu, bawang merah di 459 kab/kota, bawang putih 376, dan telur ayam ras 362. IPH minggu kedua September berdasarkan kab/kota, kenaikan IPH tertinggi ada di Kabupaten Sarmi (Papua) dengan perubahan IPH 6,39%, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Jambi) 4,08%, dan Kabupaten Nagekeo (NTT) 4,01%.
“Terkait perkembangan harga beras hingga minggu kedua bulan September, semakin menunjukkan kenaikan harga, dan terjadi kecenderungan peningkatan jumlah kabupaten kota yang mengalami kenaikan harga beras dibanding minggu pertama September 2023,” papar Pudji.
Menyoal perkembangan harga gula pasir, hingga minggu kedua bulan September 2023, masih menunjukkan tren kenaikan, dan terjadi kecenderungan peningkatan jumlah kabupaten kota yang mengalami kenaikan harga gula pasir dibanding minggu pertama September 2023.
Menurutnya, fenomena pendorong inflasi gula pasir sepanjang tahun 2022-2023, diakibatkan naiknya permintaan karena pembelian secara berlebihan (panic buying) pada awal pandemi covid-19, yang mendorong inflasi gula pasir pada bulan Maret dan April 2020 lalu.
“Pada Maret dan April 2022, gula pasir memberi andil signifikan terhadap inflasi, yang disebabkan oleh kelangkaan stok mendekati masa giling tebu, dan dilanjutkan dengan naiknya permintaan menjelang momentum ramadhan dan lebaran,” ulas Pudji.
Sambungnya, sepanjang periode Januari 2022 hingga Agustus 2023, harga gula pasir telah naik sekitar 10,13%. Kenaikan signifikan terjadi pada awal tahun 2022, dilanjutkan dengan pergerakan harga yang relatif terkendali sepanjang Juni 2022-Juni 2023.
Dalam 2 bulan terakhir, harga gula pasir kembali menunjukkan peningkatan, meskipun tidak memberi andil yang signifikan. Hal ini perlu diwaspadai kenaikannya yang akan berlanjut pada bulan September 2023, akibat penghentian ekspor gula oleh India.
“Waspada juga kenaikan harga beras yang dapat memicu inflasi pada bulan September 2023,” pesan Pudji diakhir paparan. (DiskominfoAmbon)