Menlu Iran Mohammad Javad Zarif Bertemu dengan Moussa Abu Marzouk di Moskow
pada tanggal
29 Oktober 2023
MOSKOW, LELEMUKU.COM - Seorang utusan senior Iran bertemu dengan perwakilan Hamas di Moskow. Pertemuan tersebut dilakukan setelah pembicaraan dengan sejumlah diplomat Rusia yang menekankan upaya Moskow untuk memperluas pengaruhnya sebagai mediator dalam konflik Israel dan Hamas, demikian dilaporkan oleh media Rusia dan Iran pada Jumat (27/10).
Dalam pertemuan dengan perwakilan Hamas Moussa Abu Marzouk, Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri Kani, menekankan perlunya dilakukan gencatan senjata, pencabutan blokade Jalur Gaza dan memberikan bantuan kemanusiaan, menurut pernyataan yang dikeluarkan Kedutaan Besar Iran di Moskow pada Jumat (27/10). Pernyataan tersebut disampaikan oleh kantor berita pemerintah Rusia.
Kantor berita Pemerintah Iran, IRNA, mengatakan Abu Marzouk mengatakan kepada Bagheri Khani bahwa dia menghargai dukungan Iran terhadap rakyat Palestina.
Sebelum pertemuan tersebut, Abu Marzouk menggelar pembicaraan dengan sejumlah diplomat Rusia pada Kamis (26/10). Israel mengecam keras kunjungannya ke Moskow. Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan mereka membahas pembebasan sandera di Jalur Gaza dan evakuasi warga asing.
Pembicaraan tersebut menyoroti upaya Rusia untuk berperan sebagai mediator setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober ke Israel selatan. Padahal Moskow juga masih disibukkan dengan perang di Ukraina. Namun, setidaknya 19 warga Rusia tewas dalam konflik Israel-Hamas.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan pada awal bulan ini bahwa Moskow dapat bertindak sebagai mediator karena hubungan persahabatannya dengan Israel dan Palestina. Putin menambahkan bahwa “tidak ada yang bisa mencurigai kami bermain-main dengan satu pihak.”
Terlepas dari klaim tersebut, Rusia menyampaikan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang mengecam kekerasan terhadap warga sipil. Namun Rusia tidak menyebutkan Hamas dalam resolusi tersebut sehingga ditolak oleh DK PBB.
Kementerian Luar Negeri Israel mengecam keputusan Rusia untuk mengundang perwakilan Hamas ke Moskow sebagai “tindakan mendukung terorisme,” dan menyerukan agar delegasi tersebut diusir dari Rusia.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi kecaman tersebut pada Jumat (27/10) dengan mengatakan bahwa Moskow merasa perlu menjaga hubungan baik dengan semua pihak. Tidak jelas apakah perwakilan dari Rusia, Iran dan Hamas bertemu pada Kamis (26/10).
Abu Marzouk mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA Novosti dalam sambutannya yang diterbitkan pada Jumat (27/10) bahwa ia dan sejumlah diplomat Rusia membahas isu-isu yang berkaitan dengan masalah Palestina dan “bagaimana kami dapat bersama-sama menentukan masa depan kawasan dan seluruh umat manusia yang berbeda dari masa depan” yang coba dilukiskan oleh Amerika Serikat.”
Dia mencatat bahwa undangan Rusia kepada Hamas untuk berkunjung adalah “pesan kepada seluruh dunia bahwa Rusia menganggap Hamas bukan teroris, tetapi sebuah gerakan pembebasan yang membela hak-hak rakyatnya dan mengobarkan perang demi keadilan.”
Moskow berhati-hati dalam mengomentari perang antara Israel dan Hamas karena mereka terus memperluas kerja sama perdagangan dan bidang lainnya serta memperkuat hubungan keamanan dengan Israel selama beberapa tahun terakhir. Namun, kunjungan Hamas mencerminkan pandangan Moskow mengenai hubungannya dengan kelompok tersebut dan pendukungnya, Iran, sebagai hal yang penting untuk mempertahankan pengaruhnya di wilayah tersebut.
Menurut lembaga kajian Carnegie Endowment for International Peace yang bermarkas di Washington, bagi Moskow, perang di Gaza “adalah sebuah kesempatan untuk memperkenalkan diri… sebagai mitra diplomatik” di wilayah yang mereka anggap “penting secara strategis.”
Sejak Uni Soviet runtuh, Rusia dan Israel secara bertahap meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan dan keamanan. Banyak warga Rusia pindah ke Israel setelah Putin menginvasi Ukraina. Namun, invasi Moskow tersebut menguji hubungan tersebut. Israel menyatakan dukungannya untuk Kyiv, tetapi menolak memasok senjata, sementara banyak warga Israel marah atas klaim Putin bahwa Presiden Ukraina yang keturunan Yahudi, Volodymyr Zelenskyy, adalah seorang neo-Nazi.
Perang Putin di Ukraina juga menyebabkan Moskow memperdalam hubungan dengan Iran. Iran memasok ratusan drone Shahed yang dapat meledak ke Moskow. Drone tersebut digunakan militer Rusia untuk menyerang fasilitas energi Ukraina dan infrastruktur penting lainnya. Iran juga dilaporkan telah berbagi teknologi drone-nya dengan Rusia. Teheran sendiri telah membangun fasilitas produksi drone.
Sebagai imbalannya, Moskow diperkirakan akan menawarkan jet tempur canggih dan senjata modern lainnya kepada Iran (VOA)