PBB Tuntut Penyelidikan Serangan terhadap Rumah Sakit di Gaza
pada tanggal
19 Oktober 2023
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuntut penyelidikan atas serangan terhadap sebuah rumah sakit di Jalur Gaza, serangan yang dibantah baik oleh Israel maupun Hamas. Serangan itu menewaskan hampir 500 warga Gaza, baik yang mengungsi maupun pasien rumah sakit.
"Sangat penting untuk dilakukan semacam penyelidikan mengenai peristiwa ini," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric pada Rabu.
Ketika ditanya apakah PBB bermaksud melakukan investigasi seperti yang dilakukan pada 2014 terkait penembakan yang dilancarkan Israel terhadap sekolah-sekolah Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), dia menjawab untuk tidak berspekulasi tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan.
“Yang jelas perlu ada semacam investigasi dan kita lihat saja pengaturannya dan mulai dari situ,” ujar Dujarric.
Sedikitnya 471 korban tewas dan 342 orang lainnya terluka akibat serangan udara Israel di RS Al-Ahli Baptist di Gaza pada Selasa malam, kata kementerian kesehatan setempat. Namun, Israel membantah bertanggungjawab atas serangan tersebut.
Militer Israel justru menampilkan rekaman audio yang diklaim sebagai percakapan pejuang Hamas. Dalam rekaman yang diragukan banyak pihak karena bahasa Arab yang dituturkan tidak seperti dialek Gaza, kedua pihak yang berbicara menyebut serangan ke rumah sakit adalah roket dari milisi Palestina yang salah sasaran.
Konflik terbaru Israel-Palestina dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas meluncurkan "Operasi Badai Al-Aqsa" terhadap Israel.
Dalam serangan mendadak secara bersamaan dari segala arah itu, Hamas menembakkan roket dan menyusup ke Israel melalui darat, laut, dan udara. Sekitar 1.400 orang tewas dalam serangan ini.
Hamas menyebut serangannya itu sebagai balasan atas penyerbuan Israel ke Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan kekerasan yang meningkat terhadap warga Palestina oleh pemukim Israel.
Militer Israel kemudian meluncurkan "Operasi Pedang Besi" di Jalur Gaza dan memblokade penuh kawasan itu sehingga masyarakat setempat tidak mendapatkan akses listrik dan air, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis. Hampir 3.500 warga Gaza tewas dalam serangan itu. (Tempo)