Perusahaan India Setop Produksi Seragam Polisi Israel setelah Pengeboman Rumah Sakit Gaza
pada tanggal
23 Oktober 2023
NEW DELHI, LELEMUKU.COM - Sebuah produsen pakaian India yang memasok puluhan ribu seragam polisi Israel setiap tahunnya menolak menerima lebih banyak pesanan, setelah serangan mematikan Israel terhadap warga sipil di Gaza selama dua pekan terakhir.
Baca Juga
Perusahaan mengumumkan keputusan tersebut setelah Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza tengah dibom, menewaskan ratusan orang, kebanyakan wanita, anak-anak dan orang tua.
Banyak negara di dunia yang menyalahkan Israel atas pengeboman tersebut, meskipun mereka membantah bertanggung jawab. Di antara para korban adalah pasien dan orang-orang yang berlindung di halaman dari serangan udara Israel setiap hari.
“Saya tidak dapat melihat gambar-gambar yang meresahkan dari anak-anak dan perempuan yang menangis kesakitan tanpa obat dan makanan.”
Seorang yang terluka mendapat perawatan di Rumah Sakit Shifa setelah ratusan warga Palestina tewas dalam ledakan di rumah sakit Al-Ahli di Kota Gaza, Jalur Gaza, 17 Oktober 2023. REUTERS/Mohammed Al-Masri
Sekitar 4.700 warga Palestina diyakini telah terbunuh sejak 7 Oktober, ketika Tel Aviv memulai pemboman terhadap daerah kantong padat penduduk tersebut menyusul serangan terhadap Israel oleh kelompok militan Hamas yang berbasis di Gaza.
Israel juga telah memutus pasokan listrik, air, makanan, bahan bakar dan obat-obatan ke Gaza, sehingga mengintensifkan blokade terhadap wilayah kantong yang berpenduduk 2,3 juta orang itu.
Maryan Apparel, yang mempekerjakan 1.500 orang, mengkhususkan diri pada kain tahan api untuk pekerja di kilang minyak, scrub untuk dokter dan perawat, dan pakaian untuk pasukan keamanan.
Pelanggannya antara lain adalah petugas pemadam kebakaran dan rumah sakit di Arab Saudi, penegak hukum di Qatar, dan perusahaan keamanan di AS dan Inggris.
Mereka telah memasok sekitar 100.000 seragam ke Israel setiap tahunnya dan menolak pesanan lebih lanjut kemungkinan besar akan berdampak buruk terhadap operasi mereka.
Namun Olickal tetap pada keputusannya, dan mengatakan bahwa para pekerjanya, yang 90 persen di antaranya adalah perempuan, memiliki pandangan yang sama.
“Seluruh karyawan sepenuh hati mendukung saya,” ujarnya. “Kami harus mengambil sikap ketika rakyat biasa terbunuh… Kesulitan keuangan tidak ada artinya dibandingkan dengan penderitaan orang-orang yang tidak bersalah.” (Tempo)
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Lelemuku.com selain "" di Grup Telegram Lelemuku.com. Klik link https://t.me/lelemukucom kemudian join/bergabung. Pastikan Anda sudah menginstall aplikasi Telegram di ponsel.