Tanggapi Perang Hamas-Israel, Abdullah II bin Al-Hussein Serukan Solusi Dua Negara
pada tanggal
12 Oktober 2023
AMMAN, LELEMUKU.COM - Raja Abdullah II dari Yordania menekankan perlunya solusi dua negara dalam pernyataan menanggapi perang antara Israel dan Hamas di Gaza yang sudah menelan korban lebih dari 2.200 jiwa.
Dalam pidatonya di depan Parlemen Yordania di Amman, 11 Oktober, Abdullah menegaskan, apa yang saat ini terjadi di wilayah Palestina akibat eskalasi yang serius, kekerasan dan agresi, adalah bukti yang menegaskan kembali bahwa wilayah itu tidak akan menikmati rasa aman dan stabilitas, tanpa mencapai perdamaian yang adil dan komprehensif berdasar solusi dua negara, di mana rakyat Palestina memperoleh negara yang berdaulat sesuai dengan batas-batas yang ditetapkan pada 4 Juni 1967 dengan ibukotanya di Yerusalem Timur.
Raja Abdullah II mengatakan bahwa pembentukan negara Palestina akan mengakhiri pusaran pembunuhan yang harus mengorbankan rakyat sipil.
“Tidak ada keamanan atau perdamaian. Tidak ada stabilitas tanpa perdamaian yang adil dan komprehensif, di mana solusi dua negara adalah satu-satunya jalan keluar. Kompas kita akan tetap Palestina. Mahkotanya adalah Yerusalem. Kami tidak akan menghindar untuk mempertahankan kepentingan dan keadilannya, sampai rakyat Palestina memperoleh kembali haknya, sepenuhnya, agar wilayah kita dan rakyat kita diberkahi dengan perdamaian yang sebenarnya dan menjadi kebutuhan kita semua.”
Raja Yordania ini mengulangi kembali seruannya untuk pembicaraan antara Israel dan Palestina, karena berlanjutnya perang antara Gaza dan Israel, telah menjadi ancaman keamanan regional.
Sementara di Pakistan dilaporkan, para aktivis dari partai-partai politik keagamaan di negara itu menggelar demonstrasi mendukung rakyat Palestina di Karachi pada Rabu. Sejumlah pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan “PBB mengapa diam menghadapi terorisme Israel?”
Ada juga poster bertuliskan: Jika Anda bersama Israel, Anda bersama tiran. Dan poster berbunyi: Saudaraku rakyat Palestina, Pakistan bersamamu!
Faisal Nadeem, aktivis Liga Muslim Pakistan Markazi mengatakan, “Orang-orang itu, di seluruh dunia, yang percaya kepada hak asasi manusia, yang beradab, yang percaya kepada kemanusiaan, harus membela Palestina. Israel adalah negara yang tidak sah. Negara itu didirikan dengan menggunakan kekuatan dan pertumpahan darah. Rakyat Palestina berhak menuntut negara yang merdeka, dan kami mendukung mereka.”
Di belahan dunia yang berbeda, Uni Eropa, pada Rabu juga mengheningkan cipta selama satu menit di Parlemen Eropa di Brussel, untuk para korban yang dibunuh oleh militan Hamas di Israel.
Presiden Parlemen Uni Eropa, Roberta Metsola, Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, ada di antara mereka yang berkumpul di luar gedung parlemen.
Metsola menyatakan, “Tujuh Oktober adalah hari yang akan menjadi kekejian global. Dunia menjadi saksi bagaimana kaum Yahudi dibunuh, hanya karena mereka adalah Yahudi.”
Di Berlin, pemerintah Jerman juga mengheningkan cipta. Duta besar Israel untuk Jerman, Ron Prosor, yang juga hadir dalam acara ini menerima penghormatan tepuk tangan berdiri dari menteri-menteri di pemerintahan dan anggota parlemen.
Menjawab pertanyaan dari para anggota parlemen, Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock menyampaikan kabar terbaru terkait upaya mereka melakukan evakuasi warga Jerman dari Israel.
Berkomentar tentang para sandera yang ditawan Hamas, Baerbock tidak merinci tentang bagaimana Jerman mungkin akan terlibat, tetapi mengatakan bahwa warga Jerman termasuk di antara yang disandera. Karena itulah, tambah Baerbock, pemerintah Jerman memiliki tanggung jawab khusus dalam masalah ini, dan menekankan bahwa proses itu hanya bisa dilakukan bersama pemerintah Israel dan sekutu mereka. (VOA)