Benjamin Netanyahu Sebut Hamas Blokir Pemindahan Pasien dari Rumah Sakit di Gaza
pada tanggal
13 November 2023
YERUSALEM, LELEMUKU.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Minggu (12/11) mengatakan "tidak ada alasan" mengapa pasien di Rumah Sakit Shifa yang terkepung di Gaza tidak dapat dievakuasi dengan aman. Ia menilai militan Hamas "melakukan segala sesuatu untuk membuat para pasien ini tetap dalam bahaya."
Berbicara di program “State of the Union” di stasiun televisi CNN, Netanyahu mengatakan 100 pasien telah dibawa keluar dari rumah sakit dan puluhan ribu warga Palestina yang tinggal di sekitarnya telah bergerak dengan aman keluar dari daerah tersebut melalui "koridor aman" menuju selatan dari Kota Gaza.
Namun, pertempuran Israel-Hamas masih terus berlanjut di dekat rumah sakit yang merupakan rumah sakit terbesar di Gaza. Direktur rumah sakit tersebut, Mohammad Abu Salmiya, mengatakan fasilitas tersebut terkepung konflik.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan, mengatakan pada program "Face the Nation" di jaringan televisi CBS News bahwa Amerika "tidak ingin melihat baku tembak di rumah sakit di mana orang-orang yang tidak bersalah dan pasien yang sedang mendapat perawatan medis, terperangkap dalam baku tembak. Kami telah melakukan konsultasi aktif dengan Pasukan Pertahanan Israel mengenai hal ini."
Sebagian besar perawatan pasien di rumah sakit di Gaza telah ditangguhkan karena berkurangnya pasokan bahan bakar. Sejauh ini dua bayi yang bergantung pada oksigen telah meninggal dunia, sementara puluhan pasien lainnya terancam.
Tolak BBM Israel
Netanyahu, tanpa memberikan perincian, mengatakan Israel baru saja menawarkan bahan bakar kepada RS Shifa, tetapi mereka menolaknya.
Dalam acara bincang-bincang berita di CBS News, Sullivan mengatakan Amerika Serikat (AS) terlibat secara aktif dengan para pejabat Israel, Qatar, dan Mesir untuk membebaskan hampir 240 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza, termasuk sembilan orang Amerika dan seorang warga negara asing yang memiliki hak-hak kerja di Amerika.
Presiden Joe Biden "tidak akan beristirahat sampai kita mencapai kesepakatan tersebut sehingga setiap sandera dapat pulang dengan selamat," imbuh Sullivan,
"Kami melakukan semua yang kami bisa ... dan banyak hal yang tidak bisa saya katakan" untuk membebaskan para sandera," kata Netanyahu mengatakan kepada CNN.
Netanyahu tolak usulan pengelolaan Gaza
Pemimpin Israel itu tetap menolak usul AS agar Otoritas Palestina mengelola Gaza dan wilayah Tepi Barat setelah perang berakhir. Netanyahu menegaskan kontrol harus otoritas sipil yang direkonstruksi karena Otoritas Palestina "tidak mau memerangi Hamas dan mereka mengajar anak-anak mereka untuk membenci Israel."
Netanyahu kembali menolak untuk menyebut serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober yang mengejutkan itu sebagai kesalahan pemerintahanya. Serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel.
"Akan ada cukup waktu [untuk diskusi semacam itu] setelah perang," kata Netanyahu.
Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer Israel, mengatakan kepada lembaga penyiaran Channel 12 bahwa menguasai rumah sakit di Gaza akan menjadi kunci bagi tujuan Israel untuk menghancurkan Hamas. Namun, hal itu akan membutuhkan banyak kreativitas taktis untuk melakukannya tanpa melukai pasien, warga sipil lainnya, dan sandera Israel.
Netanyahu, Sabtu (11/11), lalu menegaskan bahwa Hamas yang bertanggung jawab atas kematian dan luka-luka warga sipil di Gaza. Ia kembali mengulangi tuduhan lama bahwa kelompok militan tersebut menggunakan warga sipil di Gaza sebagai perisai manusia.
Militer Israel mengatakan tentara mereka telah menghadapi ratusan pejuang Hamas di fasilitas-fasilitas bawah tanah, sekolah-sekolah, masjid-masjid dan klinik-klinik selama pertempuran di Gaza.
Korban Tewas Lampaui 11.000 Orang
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan hingga Minggu (12/11) lebih dari 11.000 orang tewas, di mana sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Kepala Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan setiap sepuluh menit, satu anak meninggal di Gaza.
"Situasi di lapangan tidak mungkin digambarkan," ujar Tedros Adhanom Jumat lalu (10/11).
"Koridor-koridor rumah sakit penuh sesak dengan orang-orang yang terluka, sakit, dan sekarat. Kamar mayat penuh sesak. Operasi tanpa obat bius. Puluhan ribu pengungsi berlindung di rumah sakit. Sementara keluarga-keluarga berdesak-desakan di sekolah-sekolah yang penuh sesak dan putus asa untuk mendapatkan makanan," katanya.
Juru bicara badan PBB urusan kemanusiaan OCHA, Jens Laerke mengatakan “jika ada neraka di bumi hari ini, neraka itu bernama Gaza Utara.” (VOA)