Inflasi Bulan Oktober di AS Mereda
pada tanggal
15 November 2023
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Inflasi di Amerika bulan Oktober lalu melambat, sebuah tanda bahwa kenaikan suku bunga Bank Sentral masih berhasil meredam lonjakan harga-harga yang telah mengganggu konsumen selama dua tahun terakhir.
Laporan Departemen Tenaga Kerja Selasa ini (14/11) menunjukkan harga-harga turun atau naik lebih lambat di berbagai jenis barang dan jasa; termasuk BBM, mobil baru dan bekas, kamar hotel, dan perumahan.
Secara keseluruhan inflasi dari bulan September ke Oktober tidak berubah, turun dari kenaikan 0,4 persen pada bulan sebelumnya. Dibandingkan dengan 12 bulan yang lalu, harga-harga konsumen naik 3,2 persen pada bulan Oktober lalu. Tetapi masih lebih baik dibanding kenaikan 3,7 pada bulan September dan merupakan kenaikan tahun ke tahun terkecil sejak bulan Juni.
Selain harga-harga makanan dan energi yang bergejolak, harga-harga inti melambat, atau hanya naik 0,2 persen dari September ke Oktober, sedikit di bawah laju dua bulan sebelumnya. Indeks harga inti (core prices index) adalah indeks harga yang mengukur inflasi tanpa mempertimbangkan harga pangan dan energi.
Dua indeks harga inti yang paling umum adalah indeks harga konsumen inti (consumer price index atau CPI) dan indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti (consumption expenditure index atau PCE). Para ekonom memantau harga-harga inti ini dengan cermat. Perubahan harga inti ini dinilai memberikan pertanda yang baik mengenai arah inflasi di masa depan. Diukur dari tahun ke tahun, harga-harga inti naik empat persen di bulan Oktober, turun dari 4,1 persen di bulan September, kenaikan terkecil dalam dua tahun terakhir.
Kepala ekonom di Comerica Bank, Bill Adams, mengatakan “demam inflasi telah berakhir. Meningkatnya produksi minyak bumi telah menekan harga BBM, sementara harga rumah naik lebih lambat setelah suku bunga KPR melonjak pada tahun 2023. Harga sewa rumah meningkat secara bertahap karena kini lebih banyak gedung apartemen yang selesai dibangun.”
Harga BBM turun lima persen dari September ke Oktober, dan turun 5,3 persen dari tahun sebelumnya. Harga-harga tersebut terus turun hingga November, menunjukkan bahwa energi yang lebih murah dapat menekan inflasi bulan ini juga. Harga di pompa bensin pada hari Selasa (14/11) rata-rata tiga dolar tiga puluh lima sen per galon, atau turun empat puluh dua sen dari tahun sebelumnya.
Harga toko bahan makanan naik 0,3 persen bulan lalu dan 2,1 persen dari tahun sebelumnya. Meskipun masih di atas inflasi sebelum pandemi, kenaikan dari tahun ke tahun turun dari kenaikan dua digit di awal tahun ini. Harga roti dan daging sapi melonjak di bulan Oktober, dan jauh lebih mahal dibanding setahun yang lalu. Harga susu dan telur naik lebih tinggi bulan lalu, tetapi telah turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Para ekonom mengatakan melihat angka-angka harga yang lebih rendah dari perkiraan di bulan Oktober ini, kecil kemungkinan Bank Sentral akan memberlakukan kenaikan suku bunga lagi. Meskipun demikian para pejabat Bank Sentral, yang dipimpin oleh Jerome Powell, sedang mempertimbangkan apakah suku bunga acuan mereka cukup tinggi untuk meredam inflasi, atau apakah mereka perlu memberlakukan kenaikan lagi dalam beberapa bulan mendatang.
Powell minggu lalu mengatakan para pejabat Bank Sentral "tidak yakin" bahwa suku bunga cukup tinggi untuk meredam inflasi.
Bank Sentral telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 11 kali dalam satu setengah tahun terakhir, menjadi sekitar 5,4 persen yang merupakan level tertinggi dalam 22 tahun terakhir. Namun, Bank Sentral hanya menaikkan suku bunga acuannya satu kali sejak bulan Mei ini. Sejak pertemuan terakhirnya pada 1 November lalu, sebuah laporan pemerintah menunjukkan bahwa rekrutmen tenaga kerja di bulan Oktober lebih lambat dibandingkan dengan bulan September. Pertumbuhan upah juga melambat, sehingga mengurangi tekanan pada perusahaan-perusahaan untuk menaikkan harga di bulan-bulan mendatang. (VOA)