Kerentanan Pangan dan Gizi Jadi Masalah Multi Dimensi di Jayawijaya
Dalam Sambutan Bupati Jayawijaya, Asisten II Sekda mengatakan bahwa FSVA (Peta Ketahanan dan Perentanan Pangan) adalah Peta Tematik yang menggambarkan Kondisi Ketahanan dan Kerentanan terhadap Rawan Pangan pada tahun tertentu baik secara komposit maupun menurut masing-masing indikator untuk menjadikan informasi : (1) dimana daerah yang rentan pangan, (2) apa penyebab daerah tersebut rentan pangan, dan (3) rekomendasi untuk mengatasi kerentanan pangan daerah tersebut dan upaya untuk meningkatkan ketahanan pangannya.
Dengan demikian, menurutnya FSVA Kabupaten Jayawijaya disusun untuk memberikan indikasi awal bahwa di daerah (lokus) tertentu bisa terjadi kerawanan pangan jika tidak dilakukan intervensi yang relevan dan sistematis untuk pencegahan dan penanganannya dan juga sebagai dasar penetapan lokus dan target intervensi program pengentasan daerah rentan rawan pangan, penurunan kemiskinan, penurunan stunting dan program pembangunan ketahanan pangan yang bersifat lintas sector.
Lekius Jikwa juga menjelaskan bahwa Ketahanan dan Kerentanan Pangan dan Gizi merupakan permasalahan multi dimensi yang membutuhkan penanganan secara komprehensif dari berbagai sektor, tidak hanya merupakan urusan Dinas Ketahanan Pangan saja, melainkan juga kerja bersama dari Dinas Pertanian, Dinas perikanan, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Perhubungan, Dinas Kependudukan dan Catatan sipil, Dinas PUPR, Dinas Perumahan dan kawasan permukiman, Dinas Sosial, Dinas tenaga kerja, perindustrian dan perdagangan, Dinas Penanaman Modal, Koperasi dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Bappeda.
Dijelaskannya lagi, Berdasarkan hasil analisis Tim FSVA, digunakan 6 indikator untuk mengukur kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis di Kabupaten Jayawijaya, diantaranya adalah Rasio Luas Lahan Pertanian terhadap jumlah Penduduk, jumlah sarana dan prasarana penyediaan pangan terhadap jumlah rumah tangga, Rasio jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan terendah terhadap jumlah penduduk, Desa (kampung/kelurahan) yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai, Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses air bersih terhadap jumlah rumah tangga, dan Rasio jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk.
Kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis adalah ketidak mampuan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum dan berhubungan dengan kondisi ekosistem wilayah setempat serta faktor-faktor fisik, sosial, dan lingkungan yang tidak berubah dengan cepat.
Mengacu pada publikasi FSVA dan indeks ketahanan pangan nasional tahun 2022, Kabupaten Jayawijaya secara komposit tergolong prioritas 1 (sangat rentan pangan) dan IKP peringkat ke 403 dari 416 Kabupaten/kota di indonesia.
“Kerentanan terhadap kerawanan pangan tentu erat kaitannya dengan masalah pangan dan gizi” ungkap Lekius Jikwa.
“Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jayawijaya bahwa persentase balita stunting sampai triwulan III tahun 2023 sebesar 29%, salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah konsumsi pangan” kata Lekius.
Asisten II Sekda juga mengungkapkan bahwa pada tahun 2021, skor pola pangan harapan konsumsi pangan adalah 60,2, sedangkan skor pola pangan harapan ideal adalah 100. penduduk masih kurang dalam mengonsumsi padi-padian, protein hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah, minyak/lemak namun berlebih dalam mengonsumsi umbi-umbian.
Untuk itu, Dinas Ketahanan Pangan melaksanakan kegiatan Analisis dan Penyusunan Peta FVSA Kabupaten Jayawijaya tahun 2023 yang memetakan Wilayah Rentan dan Tahan Pangan hingga tingkat kampung/kelurahan. (Diskominfo Jayawijaya)