Korea Utara Kecam Komentar Antony Blinken terkait Hubungan Pyongyang- Moskow
pada tanggal
13 November 2023
WASHINGTON, LELEMUKU.COM - Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Sabtu (11/11) mengecam komentar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengenai hubungan Pyongyang dengan Moskow. Korea Utara menyebut pernyataan tersebut “hanya akan meningkatkan ketegangan politik dan militer yang berbahaya” di semenanjung itu.
Blinken berada di Seoul awal pekan ini setelah menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G7 di Jepang. Dia bertemu dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan pejabat tinggi lainnya.
Selama kunjungannya ke ibu kota Korea Selatan, ia mengatakan hubungan militer antara Pyongyang dan Moskow “semakin berkembang dan berbahaya.” Ia mendesak Beijing, sekutu utama Pyongyang, untuk menahan langkah Korea Utara yang mempunyai senjata nuklir.
Pyongyang pada Sabtu (11/11) mengecam Blinken dan mengatakan komentarnya “tidak bertanggung jawab dan provokatif.”
Pernyataan tersebut “hanya meningkatkan ketegangan politik dan militer yang berbahaya di semenanjung Korea dan wilayah tersebut”, kata Kementerian Luar Negeri Pyongyang, menurut kantor berita pemerintah Korean Central News Agency (KCNA).
“AS harus terbiasa dengan realitas baru hubungan DPRK-Rusia,” tambahnya, menggunakan nama resmi Korea Utara.
Sekutu lawas Rusia dan Korea Utara berada di bawah sanksi internasional -- sanksi pertama atas invasi mereka ke Ukraina dan sanksi kedua atas program senjata nuklir dan rudalnya.
Kerja sama militer yang semakin meningkat telah menjadi sumber kekhawatiran bagi Ukraina dan sekutunya, terutama setelah pertemuan puncak pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada September.
Seoul mengatakan bahwa Pyongyang mengirimkan satu juta peluru artileri untuk mendukung perang Moskow di Ukraina sebagai imbalan atas saran mengenai teknologi satelit.
Pyongyang mengatakan pada Sabtu (11/11) bahwa “tidak peduli apa yang orang lain katakan, hubungan persahabatan dan kerja sama antara DPRK dan Rusia yang menginginkan kemerdekaan, perdamaian dan persahabatan akan terus tumbuh lebih kuat.” (VOA)