Forum Pengungsi PBB Dibuka di Jenewa
pada tanggal
14 Desember 2023
JENEWA, LELEMUKU.COM - Puluhan pejabat PBB, politisi, kelompok-kelompok bantuan dan bisnis bertemu di Jenewa hari Rabu, untuk mencari solusi bagi krisis pengungsi. Sementara itu, Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) ingin menangkis narasi Barat yang berkembang yang menjadikan para pengungsi sebagai ancaman.
Sekitar 114 juta orang di seluruh dunia, angka yang merupakan rekor terbanyak telah terusir dari rumah mereka, termasuk di antaranya sekitar 40 juta pengungsi yang melarikan diri dari 50 lebih konflik aktif di seluruh dunia, termasuk di Sudan dan Ukraina.
Tetapi Filippo Grandi, Komisaris Tinggi PBB urusan Pengungsi, mengatakan, belakangan ini banyak politisi Barat yang semakin bersikap kurang dapat menerima dalam menghadapi tantangan ini.
Grandi mengemukakan, “Sekarang, saya bukannya mengatakan bahwa kedatangan pengungsi dan migran dalam jumlah besar, tidak hanya pengungsi, terutama di negara-negara kaya, bukanlah tantangan. Ini merupakan masalah dan kami telah bekerja sama dengan negara-negara ini dalam upaya mengatasinya. Tetapi dengan mengatakan, ini ancaman, usir mereka, bangun tembok, pulangkan kapal-kapal, alihkan proses ini ke negara-negara ketiga, ini semua slogan yang bagus. Tetapi satu, mereka keliru dari sisi prinsip, dan dua, ini tidak efektif.”
UNHCR menyelenggarakan pertemuan semacam ini setiap empat tahun sekali di bawah kerangka kerja yang ada untuk berbagi tanggung jawab secara adil mengenai pengungsi.
Grandi mengatakan ia berharap pertemuan ini akan memusatkan perhatian pada krisis-krisis yang terabaikan seperti situasi di Sudan, di mana lebih dari 1,1 juta orang telah mengungsi tahun ini di tengah-tengah laporan mengenai kejahatan perang.
Grandi juga mengatakan ia berharap mereka akan memberikan janji bantuan finansial kepada badan PBB itu, yang kekurangan dana $400 juta untuk tahun ini.
Ia mengatakan ada juga “ketidakpastian besar” mengenai berapa banyak sumbangan yang akan diberikan dua donatur utama UNHCR, AS dan Jerman, pada tahun 2025.
Lebih dari 4.000 orang dijadwalkan menghadiri acara di Jenewa ini, termasuk di antaranya delapan kepala negara dan sekitar 30 menteri luar negeri. Para pengungsi akan merupakan sekitar 10 persen dari partisipan pertemuan itu.
Selama tiga hari, para hadirin membuat janji mengenai isu-isu spesifik, seperti meningkatkan pendidikan. Hanya 60 persen pengungsi anak-anak yang sekarang ini terdaftar di sekolah. (VOA)