Kasus Demam Berdarah Meningkat di Mali
pada tanggal
07 Desember 2023
BAMAKO, LELEMUKU.COM - Pihak berwenang mengatakan kasus demam berdarah tengah meningkat di Mali. Kondisi tersebut menimbulkan ancaman baru bagi negara Afrika Barat yang sedang berjuang melawan serangan ekstremis dan gejolak politik tersebut.
Direktur Jenderal Kesehatan dan Kebersihan Masyarakat Mali, Dr. Cheick Amadou Tidiane Traore, mengatakan kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara pada Rabu (6/12), bahwa departemennya telah mencatat 21 kematian dan 600 kasus penyakit tersebut hingga Senin (4/12).
Demam berdarah adalah infeksi virus yang disebarkan oleh nyamuk yang sebagian besar menyebabkan penyakit mirip flu. Dalam kasus yang parah, dapat menyebabkan nyeri sendi, pembengkakan kelenjar, pendarahan, dan kematian. Tidak ada pengobatan khusus, namun dua vaksin telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk negara-negara yang sering mengalami wabah penyakit ini.
Pemerintah Mali belum secara resmi mengumumkan angka penyakit tersebut kepada publik, dan juga belum mengumumkan apakah mereka telah meminta bantuan dari WHO.
Ketika negara itu berada dalam masa transisi politik dan menghadapi ancaman dari para pemberontak yang terkait dengan Al Qaeda dan kelompok ISIS, epidemi baru demam berdarah berisiko memperburuk situasi kemanusiaan terutama di kalangan pengungsi dalam jumlah besar.
“Demam berdarah juga terjadi di Burkina Faso dan Senegal, dan kita perlu meningkatkan kesadaran masyarakat,” kata Traore.
Virus tersebut biasanya muncul di lingkungan yang lebih tropis namun pertama kali terdeteksi di wilayah Mali yang relatif kering pada 2008. Laporan mengenai virus itu muncul kembali pada tahun 2017 dan 2019. Hanya ada sedikit data jangka panjang mengenai prevalensinya.
Pada Agustus, pemerintah Chad melaporkan wabah demam berdarah yang pertama kali terjadi di negara tersebut, dengan puluhan kasus yang dikonfirmasi di negara yang, seperti Mali, terletak di wilayah Sahel yang luas di selatan gurun Sahara.
Di tempat lain, WHO telah melaporkan rekor kasus demam berdarah tahun ini di Bangladesh dan negara-negara di benua Amerika, yang masing-masing telah mencatat lebih dari 300.000 kasus dan 4 juta infeksi. (VOA)