Pengungsi Rohingya Melarikan Diri dari Tempat Penampungan di Aceh
pada tanggal
08 Juni 2024
BANDA ACEH, LELEMUKU.COM - Sebuah cerita dramatis terungkap di Provinsi Aceh, di ujung barat Indonesia, di mana ratusan pengungsi Rohingya kabur dari tempat penampungan sementara. Diperkirakan mereka menggunakan jasa kelompok penyeludup manusia untuk mencapai Malaysia. Fenomena ini bukanlah yang pertama kali terjadi, menggambarkan ketidakpastian dan keputusasaan para pengungsi yang tak memiliki banyak pilihan.
Menurut juru bicara UNHCR Indonesia, sejak November tahun lalu, sekitar 2.000 pengungsi Rohingya telah mendarat di Aceh dan Sumatra Utara setelah melintasi Samudera Hindia dari Bangladesh. Saat ini, sekitar 1.000 pengungsi berada di Aceh dan sekitar 170 orang berada di Sumut.
Kasus terbaru melibatkan 27 pengungsi yang melarikan diri dari komplek Kantor Bupati Aceh Barat di Meulaboh. Mereka memanfaatkan hujan lebat menjelang subuh dan keterbatasan petugas jaga yang tertidur pulas.
Pengungsi Rohingya sebelumnya juga telah melarikan diri ke Malaysia dari Aceh, mengingat ketidakpastian nasib mereka di Indonesia. Sejak tahun 2015, ketika hampir 1.000 warga Rohingya terdampar di Aceh, tren ini terus berlanjut.
Para pengungsi yang kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak sangat rentan menjadi korban perdagangan manusia. Mereka terpaksa memanfaatkan jalur penyeludupan manusia karena jalur resmi yang aman sangat terbatas atau bahkan tidak ada.
Pihak UNHCR selalu memberikan edukasi kepada pengungsi tentang bahaya penyeludupan manusia, namun keputusasaan untuk bertemu kembali dengan keluarga dan mencari kehidupan yang lebih baik mendorong mereka untuk mempertaruhkan segalanya.
Pengalaman ini menunjukkan betapa rapuhnya kondisi pengungsi Rohingya yang terusir dari tanah kelahiran mereka dan tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar. Mereka terjebak dalam lingkaran putus asa di mana keberadaan dan hak-hak mereka sering diabaikan.
Sementara pemerintah dan lembaga internasional berusaha menangani krisis pengungsi ini, kisah dramatis para pengungsi Rohingya di Aceh dan perjuangan mereka untuk hidup layak terus menjadi sorotan, menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab bersama untuk melindungi hak asasi manusia dan martabat manusia di tengah krisis kemanusiaan yang tak kunjung usai. (Benarnews)