Perang Gaza Memasuki Bulan Ke-11, Jumlah Korban Terus Meningkat
pada tanggal
25 Agustus 2024
GAZA, LELEMUKU.COM - Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa sejak serangan 7 Oktober 2023, setidaknya 40.405 warga Palestina telah tewas dan 93.468 lainnya mengalami luka-luka.
Hanya dalam 24 jam terakhir, sebanyak 71 orang tewas dan 112 orang terluka, yang oleh Kementerian Kesehatan Gaza disebut sebagai "pembantaian" oleh Israel di Jalur Gaza.
Perang Gaza bermula setelah serangan yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut perhitungan pihak Israel.
Tel Aviv mengklaim bahwa mereka berupaya menghindari korban sipil dan menuduh Hamas menggunakan warga sebagai tameng manusia, tuduhan yang dibantah oleh Hamas.
Situasi semakin memanas dengan pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang dalam beberapa kesempatan menegaskan komitmen Israel untuk membela diri dari serangan Hizbullah dan Hamas.
Pidato Netanyahu di hadapan sidang gabungan Kongres Amerika Serikat pada akhir Juli 2024 memicu kontroversi, terutama setelah Rashida Tlaib, satu-satunya anggota Kongres keturunan Palestina-Amerika, menyebut Netanyahu sebagai "penjahat perang" dan menuduhnya bertanggung jawab atas genosida.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada 21 Agustus 2024, berbicara dengan Netanyahu melalui telepon, menekankan pentingnya menghentikan perang di Gaza melalui gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Biden menilai negosiasi yang akan berlangsung di Kairo dalam beberapa hari ke depan sangat krusial untuk mencapai perdamaian.
Sebelumnya, kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken ke Timur Tengah pada 20 Agustus 2024 tidak menghasilkan kesepakatan apapun antara Israel dan Hamas.
Upaya negosiasi untuk mencapai gencatan senjata terus berlangsung, meskipun belum ada hasil yang signifikan.
Di Israel sendiri, tekanan terhadap Netanyahu semakin meningkat. Hasil survei yang dirilis oleh Channel pada Juli 2024 menunjukkan bahwa hampir tiga perempat warga Israel menginginkan Netanyahu mengundurkan diri, karena dianggap gagal dalam menghadapi serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Sebanyak 72 persen responden survei tersebut menginginkan Netanyahu mundur, dengan 44 persen di antaranya berharap ia segera meninggalkan jabatannya. (Tempo)