Negara-negara Teluk Terintimidasi oleh Pengaruh Regional Iran, Serukan De-eskalasi Konflik
pada tanggal
04 Oktober 2024
DOHA, LELEMUKU.COM - Negara-negara yang berada di kawasan Teluk Arab berupaya meyakinkan Iran tentang netralitas mereka dalam konflik yang sedang berlangsung dengan Israel.
Dalam pertemuan di Doha, Qatar pada 2 dan 3 Oktober 2024, negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain dan Oman menyatakan bahwa langkah ini didorong oleh kekhawatiran bahwa meningkatnya kekerasan dapat membahayakan fasilitas minyak mereka.
Diskusi antara para menteri dari negara-negara Teluk dan Iran terfokus pada upaya untuk meredakan ketegangan di kawasan.
Meskipun Iran belum secara langsung mengancam fasilitas minyak negara-negara Teluk, Iran memperingatkan bahwa intervensi dari "pendukung Israel" dapat membuat kepentingan mereka di kawasan menjadi target serangan.
Negara-negara Teluk, meskipun menganggap kecil kemungkinan Iran akan menyerang infrastruktur minyak mereka, tetapi mereka harus tetap waspada.
Arab Saudi, yang hubungannya dengan Teheran membaik dalam beberapa tahun terakhir, masih berhati-hati, mengingat serangan terhadap kilang Abqaiq pada 2019 yang sangat memengaruhi pasokan minyak global.
Dewan Kerjasama Teluk (GCC) telah menyampaikan pesan kepada Iran yang mendesak de-eskalasi dan menjaga stabilitas regional.
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, memperingatkan bahwa setiap agresi militer atau pelanggaran "garis merah" akan memicu respons tegas dari Iran.
Ia sebelumnya telah mengirim pesan kepada Amerika Serikat terkait lobby dan negosiasi yang ditawarkan AS pasca serangan ke Israel.
"Iran telah meninggalkan kesabaran strategis dan pengendalian diri sepihaknya, dan akan merespons dengan keras setiap serangan balasan dari Israel," kata Raisi pada Kamis 3 Oktober 2024 petang.
Sebelumnya Amerika Serikat telah memberikan pesan rahasia kepada Iran.
Sumber terpercaya di Irak melaporkan bahwa Gedung Putih di Washington pada Kamis siang telah mengirim tiga pesan dalam waktu kurang dari setengah jam kepada Teheran melalui Baghdad.
Pesan ini disampaikan di tengah-tengah ketegangan yang memuncak antara Iran dan Israel, dengan isi utamanya untuk adalah "Jangan melakukan serang ke pangkalan militer kami di wilayah ini." Merujuk kepada markas mereka di Irak, negara yang berada diantara dua negara berseteru itu.
Sumber ini juga menyatakan, Pemerintah Iran memberikan respons yang dingin "Kita lihat nanti."
Konflik antara Iran dan Israel mencapai titik kritis baru, ketika Iran menembakkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel pada Selasa malam (1/10/2024).
Serangan ini menandai puncak dari ketegangan yang sudah berlangsung selama setahun, terutama terkait dengan aktivitas militer proksi Iran di wilayah tersebut.
Rudal-rudal ini sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel dengan bantuan pasukan angkatan laut sekutu AS. Namun, tindakan ini mengundang ancaman balasan dari Israel.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam pernyataan publiknya pada malam yang sama, mengatakan bahwa Iran telah melakukan "kesalahan besar" dengan menyerang Israel.
Ancaman balasan yang keras dan menghancurkan dari Israel segera disampaikan oleh pejabat-pejabat tinggi negara tersebut, yang menegaskan bahwa respons mereka terhadap serangan Iran akan signifikan.(Albert Batlayeri)