Gan Kim Yong Soroti Peran Penting Reasuransi dalam Pertumbuhan Berkelanjutan Asia
pada tanggal
04 November 2024
SINGAPURA, LELEMUKU.COM - Konferensi Reasuransi Internasional Singapura ke-20 (SIRC) digelar di Singapura pada Senin, 4 November 2024 menyoroti peran penting jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi dalam mendorong pertumbuhan berkelanjutan di Asia.
Acara yang diselenggarakan oleh Asosiasi Reasuransi Singapura ini dihadiri oleh lebih dari 3.000 delegasi dari 65 negara.
Dalam pidato utama, Gan Kim Yong, Wakil Perdana Menteri Singapura sekaligus Menteri Perdagangan dan Industri, menggarisbawahi peran vital industri reasuransi dalam menghadapi tantangan global, khususnya terkait empat transisi utama: perubahan iklim, energi, digitalisasi, dan demografi.
Pada tahun 2023, premi bruto asuransi umum Singapura meningkat sebesar 7,5% menjadi S$13,5 miliar, sementara premi reasuransi melonjak 31% menjadi S$27,6 miliar, mewakili 21% dari pasar reasuransi Asia. Hal ini didorong oleh disiplin penjaminan yang lebih baik dan kinerja investasi yang meningkat, yang membantu industri reasuransi global mencapai kapitalisasi sebesar US$695 miliar pada paruh pertama tahun 2024. Return on equity reasuransi juga meningkat hingga 17,6%.
“Industri reasuransi berada di posisi yang kuat untuk mendukung pertumbuhan Asia saat menghadapi berbagai transisi kritis dalam beberapa tahun ke depan,” ujar Gan Kim Yong.
Salah satu transisi terpenting yang dihadapi industri adalah perubahan iklim. Menurut Gan, tingkat percepatan perubahan iklim mengkhawatirkan. Antara tahun 2019 dan 2023, kerugian akibat bencana alam yang ditanggung oleh asuransi mencapai rata-rata US$106 miliar per tahun, meningkat signifikan dari periode sebelumnya. Model terbaru memperkirakan bahwa kerugian tahunan yang ditanggung oleh asuransi bisa mencapai US$151 miliar.
Asia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim, dengan 91% dari total kerugian ekonomi akibat bencana alam di kawasan ini pada tahun 2023 tidak ditanggung oleh asuransi.
“Ini adalah tantangan besar, tetapi juga peluang bagi industri asuransi untuk menutup kesenjangan perlindungan ini,” ungkap Gan.
Singapura, dengan sembilan lembaga penelitian terkait risiko iklim, berperan sebagai pusat penelitian untuk menganalisis risiko fisik dari perubahan iklim.
Gan juga menyoroti pentingnya transisi energi untuk mencapai target net-zero. Asia, yang saat ini menyumbang setengah dari emisi gas rumah kaca global, masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Namun, investasi dalam energi terbarukan di Asia-Pasifik diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada dekade ini, mencapai US$1,3 triliun pada tahun 2030.
“Industri reasuransi memiliki peran penting dalam mendanai proyek energi terbarukan dan teknologi dekarbonisasi,” tambah Gan.
Diperkirakan premi asuransi energi terbarukan di Asia-Pasifik akan mencapai US$59 miliar antara tahun 2022 dan 2035.
Digitalisasi yang pesat juga membuka peluang baru bagi industri reasuransi, terutama di sektor asuransi siber. Pasar asuransi siber di Asia-Pasifik diperkirakan akan berlipat ganda antara 2023 hingga 2027, didorong oleh peningkatan risiko serangan siber.
"Model risiko siber yang lebih dinamis sangat penting dalam menghadapi ancaman ini," jelas Gan.
Perubahan demografi, seperti populasi yang menua dan urbanisasi yang meningkat, akan mendorong permintaan untuk asuransi kesehatan dan jiwa. Asia menyumbang 39% dari pasar asuransi jiwa global, dengan pertumbuhan tahunan lebih dari 5%. Gan menekankan pentingnya reasuransi dalam berbagi risiko terkait peningkatan harapan hidup dan biaya kesehatan yang meningkat.
Gan juga menegaskan komitmen Singapura untuk terus memperkuat posisinya sebagai pusat reasuransi di Asia. Saat ini, Singapura menjadi basis regional bagi 12 perusahaan reasuransi global terkemuka dan 150 broker, dengan 16 dari 25 perusahaan reasuransi terbesar di dunia menjadikan Singapura sebagai pusat operasionalnya.
Ia memastikan Singapura akan berupaya memperluas kapasitas asuransi melalui instrumen transfer risiko alternatif seperti obligasi bencana. (Evu)