Li Qiang yakin Prabowo Subianto Perkokok Hubungan Bilateral China-Indonesia
pada tanggal
11 November 2024
BEIJING, LELEMUKU.COM — Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, bertemu dengan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, di Beijing pada Sabtu (9/11/2024). Pertemuan ini semakin memperkokoh hubungan antara kedua negara yang telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Li Qiang menegaskan bahwa dengan usaha bersama, hubungan antara China dan Indonesia terus mengalami kemajuan yang stabil dan telah memasuki tahap baru dalam membangun komunitas dengan masa depan bersama.
"China selalu siap menjadi tetangga dan mitra yang baik bagi Indonesia. Kami berkomitmen untuk menerapkan konsensus penting yang dicapai oleh kedua kepala negara, memperdalam kepercayaan politik, serta memperluas kerja sama praktis," ujar Li Qiang.
Salah satu poin penting yang disampaikan oleh Li adalah perlunya sinkronisasi strategi pembangunan antara kedua negara, termasuk memperbesar skala perdagangan dan investasi bilateral. Li juga menekankan pentingnya eksplorasi lebih lanjut dalam kerja sama bidang mineral hijau, tenaga surya dan angin, ekonomi digital, serta penelitian ilmiah maritim dan perlindungan lingkungan. Ini diharapkan dapat memberikan dorongan baru bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara.
Di sisi lain, Prabowo Subianto menegaskan kembali dukungan Indonesia terhadap Prinsip Satu China dan memandang isu-isu terkait Xinjiang sebagai urusan internal Tiongkok. Prabowo juga menyampaikan apresiasi Indonesia terhadap peran penting Tiongkok dalam menjaga keadilan internasional dan mempromosikan kepentingan negara-negara berkembang, termasuk Global South.
"Kami sangat menghargai kontribusi China dalam menjaga stabilitas internasional dan memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang. Indonesia berharap dapat memperkuat komunikasi dan kerja sama dengan China di tingkat internasional dan regional," kata Prabowo.
Prabowo juga menyoroti pentingnya proyek-proyek strategis seperti kereta cepat Jakarta-Bandung dan berharap hubungan diplomatik kedua negara yang akan mencapai usia 75 tahun pada tahun depan dapat menjadi momentum untuk mempererat pertukaran di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan pariwisata. (Evu)