Prabowo dan Xi Jinping Perkuat Kerjasama Strategis Indonesia-Tiongkok
pada tanggal
10 November 2024
BEIJING, LELEMUKU.COM - Hubungan bilateral antara Indonesia dan Tiongkok memasuki babak baru melalui serangkaian kesepakatan penting yang disaksikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping.
Acara penandatanganan ini berlangsung di Great Hall of the People, Beijing pada Sabtu, 9 November 2024, sebagai bagian dari upaya kedua negara untuk mempererat kerja sama di berbagai sektor strategis.
Kesepakatan yang terjalin dalam pertemuan tersebut mencerminkan komitmen kuat dari kedua pemimpin untuk membangun hubungan yang lebih erat, khususnya dalam sektor ekonomi dan sumber daya alam.
Beberapa kesepakatan penting yang ditandatangani antara lain terkait ekspor komoditas unggulan Indonesia ke Tiongkok, upaya untuk melindungi dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, serta pengembangan kerja sama di bidang teknologi dan perikanan.
Salah satu poin penting dalam perjanjian ini adalah kesepakatan tentang protokol persyaratan fitosanitari untuk ekspor buah kelapa segar dari Indonesia ke Tiongkok. Ini merupakan langkah signifikan bagi sektor pertanian Indonesia, karena Tiongkok merupakan salah satu pasar terbesar dunia untuk produk pertanian.
Dengan adanya kesepakatan ini, diharapkan akses pasar bagi komoditas kelapa Indonesia akan semakin terbuka lebar, memperkuat posisi Indonesia sebagai eksportir utama di kawasan Asia. Tidak hanya itu, perjanjian ini juga mencerminkan pentingnya perlindungan terhadap produk pertanian dengan memperhatikan standar kesehatan dan keamanan pangan yang ketat.
Selain sektor pertanian, kesepakatan lainnya juga mencakup pedoman kerja teknis untuk mempromosikan perikanan tangkap berkelanjutan. Indonesia sebagai negara maritim yang kaya akan sumber daya laut, melihat perikanan sebagai salah satu sektor utama dalam perekonomian. Kerja sama dengan Tiongkok di bidang ini menunjukkan keseriusan kedua negara dalam menjaga kelestarian sumber daya laut, sekaligus memastikan bahwa sektor perikanan tetap menjadi tulang punggung bagi jutaan masyarakat pesisir. Pengembangan perikanan tangkap yang berkelanjutan tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjamin kelestarian ekosistem laut bagi generasi mendatang.
Di samping itu, terdapat kesepakatan tentang penguatan kerja sama ekonomi biru, yang merujuk pada penggunaan sumber daya laut yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi. Inisiatif ini sejalan dengan agenda global untuk mengurangi eksploitasi berlebihan terhadap sumber daya alam dan beralih pada model ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Melalui kerja sama ekonomi biru ini, Indonesia dan Tiongkok berupaya untuk menciptakan keseimbangan antara eksploitasi sumber daya dan pelestarian lingkungan. Langkah ini sangat penting mengingat kedua negara memiliki garis pantai yang panjang dan bergantung pada sektor kelautan untuk menunjang perekonomian mereka.
Tidak hanya terkait ekonomi, Prabowo dan Xi Jinping juga menyepakati berbagai memorandum tentang sumber daya alam lainnya, termasuk kerja sama di bidang sumber daya mineral dan mineral hijau. Ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang kedua negara untuk mendorong pengembangan teknologi ramah lingkungan yang berbasis pada mineral hijau, seperti litium dan nikel, yang menjadi komponen utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Kesepakatan ini diharapkan mampu mendukung visi Indonesia dalam menjadi salah satu produsen utama kendaraan listrik dan industri pendukungnya di masa depan.
Kesepakatan lainnya yang tidak kalah penting adalah di bidang sumber daya air, di mana Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk bekerja sama dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air secara lebih efisien. Ini sangat relevan bagi kedua negara yang menghadapi tantangan besar terkait ketersediaan air bersih dan pengelolaan air yang berkelanjutan, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terhadap perubahan iklim. Melalui kerja sama ini, diharapkan akan ada transfer teknologi dan pengetahuan dari Tiongkok ke Indonesia dalam hal manajemen air, yang dapat diterapkan untuk meningkatkan ketahanan air nasional.
Kerja sama yang semakin erat antara Indonesia dan Tiongkok ini tidak hanya mencakup sektor-sektor tersebut, tetapi juga menyentuh aspek penilaian kesesuaian standar mutu produk. Kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama dalam penilaian kesesuaian standar ini agar produk-produk yang dihasilkan sesuai dengan standar internasional. Langkah ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk-produk Indonesia di pasar global. (Evu)