Singapore Polytechnic Gelar Pertunjukan Teater Kisah Moberly At Arts Fiesta 2024
pada tanggal
10 November 2024
SINGAPURA, LELEMUKU.COM - Singapore Polytechnic (SP) dengan bangga menampilkan "Kisah Moberly" dalam acara tahunan Arts Fiesta 2024 pada 8 November 2024.
Pertunjukan teater keliling ini mengajak penonton menjelajahi sejarah Moberly, sebuah bangunan bersejarah yang dulunya merupakan bagian dari Barak Putri Mary di masa lalu. Pertunjukan ini membawa penonton pada perjalanan waktu yang memperlihatkan kekuatan cerita dan pentingnya melestarikan warisan budaya, memberikan pandangan mendalam tentang masa lalu dan masa kini Singapura.
Moberly merupakan salah satu bangunan tertua di kampus Singapore Polytechnic yang penuh dengan sejarah. Pada awalnya, bangunan ini dihuni oleh tentara Inggris dan Malaya dari tahun 1951 hingga awal 1970-an.
Kini, Moberly telah mengalami perubahan signifikan, namun bangunan ini tetap menjadi salah satu ikon bersejarah SP. Setelah sempat digunakan sebagai departemen teknik sipil dan sekolah studi nautik, Moberly direnovasi pada 2008 dan dijadikan pusat kegiatan mahasiswa.
Sebagian bangunan kini menampung museum yang menyimpan memorabilia militer, termasuk lencana, piala, serta alat bantu pengajaran yang disumbangkan oleh para tentara, alumni, dan staf sekolah. Bangunan ini menjadi saksi perubahan zaman, memberikan dampak yang tak terlupakan bagi generasi-generasi yang menghuni SP.
Kisah Moberly: Menghidupkan Sejarah Melalui Seni
Melalui perpaduan puisi, tari, dan dikir barat, "Kisah Moberly" menggambarkan kehidupan tiga karakter utama dari era yang berbeda. Tokoh-tokoh ini adalah cerminan dari berbagai zaman yang pernah menyentuh Moberly.
Melati, seorang ibu berduka dari tahun 1950-an, Hassan, seorang pembersih dari tahun 1980-an, dan Ayden, seorang mahasiswa dari dekade 2010-an, menjadi penggerak cerita yang sarat akan makna sejarah, budaya, dan kemanusiaan.
Melati, yang diperankan oleh Adryana Sofea, menceritakan kehidupan seorang ibu yang hidupnya hancur akibat perang. Kehilangan suami dan anak-anaknya membuat Melati menderita akibat trauma perang yang mendalam.
Kesedihannya menggambarkan luka emosional yang diakibatkan oleh kekejaman perang, menyoroti bagaimana kehilangan tidak hanya menghilangkan nyawa, tetapi juga merampas masa depan dan kewarasan seseorang.
Hassan, diperankan oleh Iman Ilhan, adalah seorang pembersih yang bekerja di Moberly pada tahun 1980-an. Karakternya menggambarkan kebijaksanaan yang tumbuh dari kehidupan yang keras. Meski memiliki kebiasaan buruk dan hidup dalam kesulitan, Hassan menyampaikan pesan tentang keyakinan dan perjuangan, memberikan inspirasi kepada penonton untuk percaya pada diri sendiri dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan hidup.
Ayden, yang dimainkan oleh Rayyan Nor Azahar, adalah seorang mahasiswa yang belajar untuk keluar dari zona nyaman dan menemukan rasa ingin tahu dalam dunia seni. Kisah Ayden membawa penonton dalam perjalanan penemuan diri, menggambarkan betapa pentingnya keterbukaan terhadap pengalaman baru. Ayden mencerminkan transformasi Moberly sebagai pusat kegiatan mahasiswa, di mana berbagai aktivitas dan organisasi berkontribusi menghidupkan suasana Moberly.
Kolaborasi dan Talenta di Balik Kisah Moberly
Pertunjukan ini adalah hasil kolaborasi antara para mahasiswa SP dan tiga pelatih berbakat: Coach Izwan, Coach Ridwan, dan Coach Azam. Masing-masing pelatih membawa keahlian mereka dalam seni tari, teater, dan dikir barat. Coach Izwan Sarif, seorang koreografer berpengalaman, telah lama menjadi pembimbing tari Melayu di SP. Koreografi untuk Kisah Moberly mencakup tarian silat, joget, dan tari kontemporer yang menceritakan kisah orang-orang yang pernah melintasi Moberly.
Coach Ridwan Ahmad, seorang aktor dan pelatih teater, telah memadukan seni tradisional dengan ekspresi teater inovatif dalam pertunjukan ini. Coach Azam, pelatih tim dikir barat SP, berperan dalam mengarahkan tim dalam memainkan alat musik, mengatur koreografi, serta menyanyikan lagu-lagu yang menjadi bagian dari pertunjukan.
Selain itu, pertunjukan ini menampilkan Nicholas Ho, alumni SP yang kini melanjutkan pendidikan di Singapore Management University. Meskipun mengambil jurusan manajemen bisnis, Nicholas memiliki kecintaan mendalam pada tari Melayu, sebuah minat yang telah ia kembangkan selama lebih dari satu dekade. Partisipasinya dalam "Kisah Moberly" memperlihatkan bagaimana seni dapat menyatukan berbagai disiplin ilmu dan latar belakang.
Acara Arts Fiesta merupakan bagian dari komitmen Singapore Polytechnic untuk memberikan pengalaman pengembangan holistik kepada para mahasiswanya.
Menurut Evelynn Koh, Direktur Pengembangan Mahasiswa SP, acara ini memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengekspresikan kreativitas mereka, mengasah keterampilan seni, dan bekerja sama dalam sebuah tim.
"Perjalanan penemuan diri dan keunggulan ini sejalan dengan tujuan kami untuk membentuk individu yang seimbang dan siap menghadapi tantangan dunia," tambahnya.
Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-70 SP pada tahun 2024, acara ini menekankan pentingnya sejarah dan budaya dalam membentuk masa depan, serta komitmen SP untuk terus mendukung inovasi dan kreativitas dalam pendidikan.
Singapore Polytechnic tidak hanya menjadi institusi pendidikan terkemuka, tetapi juga merupakan lembaga yang mengintegrasikan pembelajaran dengan pelestarian warisan dan keberlanjutan. Di tengah perubahan zaman, SP tetap berkomitmen untuk memberikan pengalaman yang relevan dan bermakna bagi para siswanya, memastikan mereka siap untuk berkontribusi pada masyarakat dan industri di masa depan. (Evu)